Mewujudkan Indonesia bebas penularan HIV-AIDS 2030, Unika Soegijapranata tidak hanya cuma berkontribusi sebatas “obrolan pencegahan” semata. Berbasis teknologi dengan memanfaatkan gawai yang ada di era sekarang pun sudah ada dan sedang dilaksanakan yaitu melalui program aplikasi “Mapan Sehat” dan “Propilar”.
Aplikasi “Mapan Sehat” dan “Propilar”, yang merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa program Sistem Informasi Unika ini, membuat Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu selaku Wakil Walikota Semarang ini berdecak kagum.
Dengan menggandeng WHO dan Kemenkes, diharapkan program aplikasi ini mampu membuat angka pencegahan dan penderita HIV di Indonesia semakin berkurang.
Menindak lanjuti peluncuran aplikasi “Mapan Sehat” dan “Propilar”,serta mencegah meningkatnya kasus penularan HIV, Klinik Ibu Teresa Unika Soegijapranata bekerja sama dengan Puskesmas Pegandan Semarang melakukan Penyuluhan HIV-AIDS dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis bertempat di ruang seminar LPPM Unika.
Dalam acara penyuluhan HIV-AIDS tersebut hadir pula Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Dr. V Kristina Ananingsih, ST., M.Sc., yang menyampaikan pendapatnya tentang pelaksanaan kegiatan penyuluhan tersebut, ”Pelaksanaan acara ini berlangsung aktif dan edukatif. Tidak bosan-bosannya kita menggandeng instansi kesehatan seperti kegiatan yang dilaksanakan hari ini,” ucapnya.
Sedangkan dr. Bambang selaku penanggung jawab Klinik Bunda Teresa Unika Soegijapranata juga menyampaikan sambutannya dalam program kegiatan penyuluhan HIV-AIDS ini.
“Saya berharap para peserta penyuluhan dapat menggunakan momen baik ini supaya menambah pengetahuan tentang HIV-AIDS. Sedangkan kepada pihak Puskesmas Pegandan, kami juga berharap tidak bosan-bosan merangkul kami (Klinik Bunda Teresa Unika) dalam mendukung GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat),”jelas dr. Bambang.
Narasumber dalam kegiatan Penyuluhan HIV-AIDS, dr. Ayu Fitri Munajiroh selaku penyuluh kesehatan tentang HIV-AIDS ini menyinggung tentang program VCT (Voluntary Conseling and Testing).
“Program VCT HIV AIDS, yang dilaksanakan bersamaan acara penyuluhan hari ini bersifat sukarela dan tidak memaksa. Dan kegiatan test darah serta konseling setelah di test adalah runtutan dari proses VCT tersebut. Mengapa ini perlu dilakukan? Supaya perilaku berisiko mengganti pasangan sex, bisa kita kendalikan dengan adanya Test VCT ini,” tegas dr. Ayu.
“Mereka yang sudah tertular HIV AIDS bisa diobati dengan benar karena obatnya ada dan tersedia, penderita juga tidak usah canggung dan malu. Selain itu masyarakat juga harus membantu mengurangi stigma negatif pada orang dengan HIV-AIDS (ODHA),” tutur dr. Ayu. (C.Eliz)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi