Saat ini Indonesia diharuskan untuk waspada terhadap fenomena virus Corona yang memasuki tahap yang disebut Gelombang II (second wave). Hal itu ditandai dengan perubahan gambaran klinis antara Gelombang I atau first wave dengan Gelombang II, dimana ada beberapa kasus Gelombang II yang menunjukan gejala tetapi ada juga yang tanpa gejala, tapi positif COVID-19.
Dulu pada saat virus corona pertama kali menyerang manusia pada Gelombang I, seseorang yang terjangkit akan mudah terbaca oleh thermal scanner karena suhu tubuhnya lebih dari 37,8 derajat celcius. Sementara pada serangan Gelombang II seseorang bisa saja mengidap COVID-19 meskipun suhu tubuh mereka relatif rendah bahkan normal tanpa gejala apapun.
Hal Ini yang menyebabkan rumah sakit semakin memperketat benteng pertahanan dengan pemeriksaan dan penatalaksaanaan lebih ketat. Untuk mengantisipasi itu, Pemprov Jawa Tengah menambah 45 rumah sakit sehingga total 58 rumah sakit rujukan dengan total 303 ruang isolasi yang terbagi menjadi lini 1 sampai lini 5 di Jawa Tengah.
“Pemeriksaan RAPID test merupakan salah satu pemeriksaan untuk memeriksa virus menggunakan IgG dan IgM yang ada di dalam darah. Jadi, jika di tubuh terjadi infeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah. Namun, hasil tersebut bukanlah diagnosis yang menggambarkan infeksi Covid-19. Maka dari itu, orang dengan hasil rapid testnya positif, perlu menjalani pemeriksaan lanjutan yang lebih akurat sebagai patokan diagnosis,”demikian disampaikan oleh dr Indra Adi Susianto Msi Med Sp Og selaku dekan Fakultas kedokteran Unika Soegijapranata, beberapa saat setelah penyerahan APD masker N95 yang merupakan donasi dari Ign Djajus Adisaputro, pada Kamis (30/4).
Saat ini metode pemeriksaan yang paling akurat dalam mendeteksi virus SARS-COV2 adalah menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) dan hanya beberapa rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah yang mampu melakukannya.
Sampel untuk pemeriksaan PCR didapat dari pengambilan swab yang merupakan aerosole generating procedure yang melibatkan pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan dan dilakukan dalam jarak sangat dekat dengan pasien, sehingga petugas kesehatan harus menggunakan APD dengan level proteksi tertinggi, yaitu APD level 3 dan masker N95 tipe 8511 yang merupakan varian tertinggi dari masker yang direkomendasikan WHO dalam menangani pademi ini, lanjutnya.
Pada kesempatan ini Universitas Katholik Soegijapranta melakukan gerakan kemanusiaan berupa donasi sebanyak 400 masker N95 dari Ign Djajus Adisaputro kepada beberapa rumah sakit di lini 2 dan lini 3 seperti RS Columbia Asia dan RS Kensaras yang serahkan oleh dr Indra Adi Susianto Msi Med Sp Og selaku Dekan FK dan dr Jonsinar Msi Med SpB Sp BA selaku Wakil Dekan Fakultas Kedokteran yang diterima langsung oleh direktur masing-masing rumah sakit.
Walaupun saat ini sedang ada di masa yang sulit dan kadang putus asa, dengan masker N95 tipe terbaik ini kita semua berharap usaha sekecil apapun yang kita berikan akan sangat berpengaruh dalam membuat kurva penularan COVID-19 ini bisa segera melandai dan menjadikan Indonesia terbebas dari virus Corona.
Senat Mahasiswa Universitas Berikan Pembekalan kepada Pengurus Baru Periode 2024/2025
Senat Mahasiswa Universitas (SMU) Soegijapranata Catholic University (SCU) Periode 2024/2025