Berlatar belakang ingin menggali lebih dalam tentang pola hidup dan lingkungan yang sehat yang bisa kita ciptakan untuk mengantisipasi fenomena alam dewasa ini, Fakultas Pascasarjana Unika Soegijapranata mengadakan diskusi publik dengan tema ”Hidup Sehat dan Ramah Lingkungan”, pada hari Jumat (29/9), bertempat di Gedung Thomas Aquinas lantai 4, Unika Soegijapranata.
“Pada diskusi publik kali ini, kami mendasarkan pada 2 bidang yaitu Aspek Kesehatan dan Aspek Lingkungan. 2 Aspek tersebut menjadi konsentrasi kami di Fakultas Pascasarjana Unika Soegijapranata khususnya yang saat ini telah kami bina yaitu Magister Hukum Kesehatan dan Magister Lingkungan & Perkotaan. Kami mengharapkan gabungan dari kedua aspek tersebut, yaitu hidup yang sehat dan kondisi lingkungan yang baik dapat membuat hidup kita sejahtera. Sejahtera yang saya maksud adalah sehat secara pikiran dan jasmani. Apabila kedua aspek ini telah seimbang, saya meyakini ada peningkatan secara kinerja. Hidup sehat yang akan kami bahas mengenai bagaimana cara mengurangi penggunaan plastik karena sampah plastik masih menjadi masalah oleh karena itu dengan program yang dikelola oleh Rm. Ferry yaitu Eco Camp, kita akan tahu tentang pengelolaan sampah menjadi hal yang bermanfaat. Apabila sampah dapat dikelola dengan baik maka bukan tidak mungkin lingkungan akan memberikan respon yang positif pada kehidupan kita” tutur Ir. Lindayani, MP., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Pascasarjana Unika Soegijapranata.
Diundang sebagai narasumber dalam acara diskusi publik ini 3 narasumber yaitu Rm. Ferry Sutrisno Wijaya, Pr. ( Salah satu pendiri Eco Camp yang dimiliki Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup, Bandung) , Dony Danardono, SH., M.Hum (Ketua Program Studi Magister Lingkungan dan Perkotaan(PMLP) dan Prof. Dr. Agnes Widanti, SH., CN (Ketua Program Studi Magister Hukum Kesehatan (Hukkes)) Unika Soegijapranata.
“Awal pengenalan saya tentang bahaya pemanasan global adalah saat mengikuti workshop di Melbourne, Australia. Sejak saat itu, saya sadar akan krisis yang terjadi pada bumi ini, oleh karenanya bersama teman-teman yang lain kami mendirikan Eco Camp. Dalam Eco Camp ini, kami tidak biasa menghimbau ataupun memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu. Yang kami lakukan adalah, mencoba mengajak dari diri kita sendiri dan para pengunjung untuk merefleksikan dan bertanya apa yang dapat kita lakukan pada skala individu dan keluarga. Melalui Eco Camp, kami memulai kesadaran mengenai cara baru hidup ekologis karena saat ini penduduk bumi sudah sangat padat yaitu kurang lebih 7,4 milyar totalnya, maka cara hidup kita pun harus menjadi lebih sederhana antara lain lebih hemat dan lebih peduli terhadap sumber energi seperti air dan makanan,”jelas Rm. Ferry.
“Di Eco Camp, kami hanya menyediakan makanan berbasis sayur karena berdasarkan hasil penelitian, industri pengolahan daging menjadi salah satu penyebab pemanasan global. Selain itu, Eco Camp juga telah menggunakan Solar Cell 4000 watt sebagai upaya mengatasi kelangkaan listrik. Mulai tahun ini, Eco Camp juga telah mengumpulkan sampah di 3 pasar dari total 30 pasar di Bandung untuk diolah menjadi kompos. Dari gerakan yang telah kami lakukan hingga saat ini cukup memberikan dampak pada masyarakat kira-kira dalam 2 tahun ini sekitar 15.000 orang telah berkunjung ke tempat kami dan setelah berkunjung ke tempat kami, banyak anak-anak yang mulai mengonsumsi sayur dan mengurangi konsumsi daging” imbuh Rm. Ferry.
Peduli Terhadap Lingkungan
Sementara itu Dony Danardono menyoroti apa yang dilakukan oleh Rm. Ferry termasuk dalam ranah etika lingkungan atau etika kepedulian, “ Saya mengajak kita merefleksi diri kita sendiri, karena urusan dengan lingkungan itu bukan keadilan, sebaliknya jika berurusan dengan sesama manusia itu baru soal keadilan karena soal lingkungan tidak pernah menuntut kita adil atau tidak, tetapi apabila kita salah urus mereka, mereka akan membalas kita. Jadi persoalannya bukan adil atau tidak adil melainkan peduli atau tidak peduli” jelas Dony.
“Merosotnya mutu lingkungan, dalam hal ini perubahan ekosistem karena pembangunan, krisis air sampai pemanasan global seharusnya telah mendorong manusia untuk mengubah perilaku dan caranya berhubungan dengan lingkungan. Tetapi mengapa manusia kian tidak peduli terhadap lingkungan? Rusaknya lingkungan ini karena ratio modern kita yang bekerja dengan membuat kategori-kategori, membuat pemilahan diskriminasi pengukuran dan karena itu ratio kerjanya linier, akibatnya ratio hanya mampu memahami segala sesuatu secara mekanis dan terpilah-pilah, tidak holistik dan tidak melihat kaitannya,”tambah Dony. (Cal)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi