Program Studi Teknik Sipil Unika Soegijapranata bekerjasama dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah dan Masyarakat Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur, menyelenggarakan sarasehan berjudul “Pemeliharaan Keharmonisan dan Kerukunan Antar Umat Beragama serta Penghayat Kepercayaan” pada hari Selasa (24/10) bertempat di ruang Serbaguna kantor Kelurahan Kemijen.
Sarasehan yang diikuti oleh 70 orang peserta dari masyarakat kelurahan Kemijen serta mahasiswa Unika ini menghadirkan 5 narasumber yaitu : Dra. Atiek Surniati, M.Si selaku Kepala Bidang Ketahanan Bangsa dari Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Abdul Jawad RD, S.Pd.I selaku Pengrus MUI Wilayah Semarang Timur, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr selaku Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (HAAK-KAS) serta Kepala Campus Ministry Unika, Drs. H Hermawan Pancasiwi, BA., M.Si yang merupakan dosen Ilmu Komunikasi Unika, serta Puji Sarwono selaku tokoh masyarakat kelurahan Kemijen yang juga penggiat sosial.
Acara sarasehan yang dimoderatori oleh Rudatin Ruktiningsih, ST., MT ini, banyak mengupas tentang kebersatuan dan toleransi antar umat beragama yang dikupas secara gamblang dalam acara sarasehan tersebut. 2 Pembicara utama yakni Dra. Atiek Surniati, M.Si dan Romo Aloysius Budi Purnomo Pr saling memberikan memberikan pemahaman tentang bagaimana pentingnya menjaga toleransi beragama dan berkepercayaan serta empat komitmen untuk mengawal keutuhan NKRI kepada peserta sarasehan.
Budaya Silaturahmi
Romo Aloysius Budi Purnomo Pr memaparkan salah satu cara untuk merawat toleransi beragama melalui praktek nyata atau pengalamannya bersilaturahmi ke pemuka agama interreligius yang sudah pernah beliau lakukan semenjak beliau menjadi Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (HAAK-KAS) sejak 1 Mei 2008 yang lalu. Salah satu praktek nyata yang dia lakukan yaitu melakukan silaturahmi dengan Kyai Mahfudz Ridwan (Pemilik Pondok Pesantren di Tuntang) setiap hari raya idul fitri.
“Dulu ketika Kyai Mahfudz Ridwan masih sehat, saya tiap tahun pasti sowan (bersilaturahmi-red) saat idul fitri, saya berlutut dihadapan beliau dan mengucapkan sugeng riyadi mbah (Selamat Idul Fitri mbah-red), mugi sedoyo kalepatan kulo leburo ing dinten riyadi meniko (Semoga semua kesalahan saya bisa terampuni di hari raya idul fitri ini-red).” ungkap Romo Budi.
Romo Budi mengungkapkan juga sering bersilaturahmi dengan KH. Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus yang merupakan pengasuh pondok pesantren di Rembang, serta juga bersilaturahmi dengan Ahmad Syafi’i Ma’arif yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Romo Budi mengharapkan dengan adanya keharmonisan hubungan antara dirinya dengan pemuka agama Islam bisa menjadi panutan semua umat beragama untuk senantiasa menjaga keharmonisan toleransi beragama.
“Kalau seorang Romo saja bisa menjadikan beliau (kyai-red) sebagai guru atau panutan serta bisa menjaga keharmonisan hubungan beragama, apalagi umatnya, seharusnya umat juga bisa menjaga keharmonisan” ucap Romo Budi.
Mengawal Keutuhan NKRI
Sementara itu Dra. Atiek Surniati, M.Si mengajak peserta sarasehan merawat toleransi beragama dengan cara senantiasa menjaga kerukunan antar umat beragama. “Kita merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, pada waktu itu pahlawan pejuang kita berasal dari berbagai tokoh agama dan tokoh masyarakat. Mereka bersatu dan bersama-sama untuk kemerdekaan Indonesia. Yang perlu kita ingat bahwa kemerdekaan kita bukanlah kemerdekaan yang cuma-cuma atau hadiah dari penjajah, tetapi kemerdekaan kita adalah hasil perjuangan seluruh bangsa Indonesia yang memiliki latar belakang suku, budaya dan agama yang berbeda-beda tetapi semua elemen masyarakat bersatu, semua tokoh agama , tokoh masyarakat, tokoh adat lalu kalau sudah begitu apakah kita rela ideologi kita diganti?” ujar Atiek.
Lebih lanjut Atiek mengungkapkan bahwa Pancasila dalam era globalisasi seperti saat ini mendapatkan banyak tantangan seperti salah satunya yaitu Radikalisme. Ia menjelaskan faktor utama seseorang bisa menjadi radikalis adalah faktor kemiskinan.
“Bahaya yang mengancam kita saat ini ada dimana-mana, contohnya adalah radikalisme. Kita sudah sering membaca koran dan melihat bagaimana radikalisme bisa berkembang di Indonesia? Kita coba untuk mengkaji dan menganalisis bahwa yang menjadi momok pertama atau faktor utama munculnya radikalisme salah satunya adalah kemiskinan. Kalau orang sudah tidak punya apa-apa maka orang tersebut mudah untuk diprovokasi dengan iming-iming uang,” tambah Atiek.
Dalam akhir sesinya, Atiek mengajak para peserta sarasehan untuk mengawal keutuhan NKRI dengan memegang teguh 4 komitmen yaitu : Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI Harga Mati.
Sarasehan sebagai Alat Pemupuk Persatuan dan Kesatuan.
Dalam sambutannya, Zulkifli Anwar selaku Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Mayarakat Kelurahan (LPMK) yang mewakili Ketua Panitia acara sarasehan mengungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan sarasehan ini diharapkan bisa semakin memupuk dan menjalin persatuan serta kesatuan para warga, “Harapan kami semoga setelah kegiatan ini selesai ada proses pendewasaan bersosial dan bermasyarakat dalam rangka untuk semakin memupuk dan menjalin persatuan serta kesatuan dan kerukunan antar umat beragama.”
Hal senada juga disampaikan salah satu peserta yakni Suharto, menurutnya jika persatuan dan kesatuan tidak rutin dipupuk maka dikhawatirkan bisa menimbulkan gesekan atau konflik antar masyarakat, “Saya sangat setuju sekali dengan apa yang dikatakan pak Zulkifli tadi bahwa persatuan dan kesatuan masyarakat harus sering dipupuk karena kalau sampai kita lengah sedikit saja biasanya akan terjadi gesekan.”
“Sangat tepat kalau Unika bekerjasama dengan Kesbangpol Provinsi Jateng mengadakan sarasehan di kelurahan Kemijen karena warga kemijen dengan melihat topografi dan monografinya itu kebanyakan tingkat kehidupannya rata-rata menengah kebawah. Jadi bisa dikatakan konflik horizontal banyak terjadi disini sehingga tepat sekali apa yang dilakukan Unika dan Kesbangpol untuk sosialisasi kerukunan umat beragama dan kepercayaan” tambah Suharto. (Holy)
Internship Fair FIKOM SCU: Jembatan Mahasiswa Menuju Dunia Industri
Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Soegijapranata Catholic University (SCU) secara rutin