Meski kondisi pandemi terus berlanjut dengan banyak cerita di balik fenomena yang mengiringinya, tentu bagi setiap pribadi dan lembaga memiliki kesan tersendiri saat bergelut di dalamnya, seperti halnya Unika Soegijapranata sebagai Universitas Katolik yang lahir dari jantung Gereja melalui patron Mgr Albertus Soegijapranata terus berkarya mengembangkan talenta dan membaktikannya untuk bangsa dan negara.
Melalui tagline ‘Talenta Pro Patria Et Humanitate’ Unika Soegijapranata selalu aktif dan turut ambil bagian dalam peran banyak hal terutama dalam mengemban amanah Tri Dharma perguruan tinggi yang menghadapi tantangan di era pandemi.
Mengawali masa perkuliahan tahun ajaran baru 2021-2022, tentu beban tanggung jawab Unika sebagai salah satu perguruan tinggi yang mengemban misi pendidikan tinggi, tentu tidak mudah tetapi juga tidak sulit apabila telah dipersiapkan banyak alternatif solusi yang mendorong untuk tetap bertahan bahkan harus berkembang meski harus mengalami perubahan yang merupakan keniscayaan yang harus terjadi.
Pada hari Jumat (27/8) bertempat di salah satu ruang pertemuan Fakultas Psikologi dengan tetap menaati protokol kesehatan, telah diselenggarakan Misa Pembukaan Tahun Ajaran Baru 2021-2022 sekaligus Pemberkatan dan Peresmian Skyway 2 Gabriel yang menghubungkan antara gedung Antonius dengan gedung Henricus Constance di Unika Soegijapranata secara virtual.
Dalam renungan homilinya, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr yang memimpin misa meneguhkan kembali arti kebijaksanaan dalam perumpamaan antara gadis bodoh dan gadis yang bijaksana.
“Di tengah pandemi yang membawa kita pada kecemasan, kekhawatiran, dan ketidakpastian masih ada secercah sinar pengharapan. Maka mengawali tahun ajaran baru ini, mari para mahasiswa secara pribadi kita berdoa semoga segera lewat masa pandemi ini agar bisa kembali bertatap muka dalam perkuliahan. Namun apabila belum bisa sesuai yang kita harapkan, maka kita dipanggil untuk menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dalam mengelola segala sesuatu terutama saat ketidakpastian sedang menimpa kita,” tegasnya.
Seperti yang diwartakan dalam injil hari ini yang menerangkan tentang gadis bodoh dan gadis bijaksana. Bodoh bukan berarti intelektualitas tetapi kebodohan jiwa dan kebodohan hati yang berlawanan dengan kebijaksanaan. Dan kebijaksanaan menjadi kecerdasan spiritual untuk kita, sehingga kita dapat melihat segala hal bukan dari perspektif-perspektif manusiawi semata tetapi dalam perspektif iman, harapan dan cinta seperti ketekunan Santa Monika.
Design Posmo
Sementara dalam sambutan Rektor Unika Soegijapranata sebelum pemberkatan dan peresmian Skyway 2 Gabriel, Prof Dr F Ridwan Sanjaya MS IEC mengungkapkan sejarah dibangunnya Skyway 1 Mikael dan berlanjut ke Skyway 2 Gabriel.
“Dalam suatu rapat APTIK yang terakhir, sempat tercetus oleh Prof Budi Widianarko saat itu yang mengatakan tentang pembangunan sarana fisik di Unika Soegijapranata yang masih kurang satu yaitu sarana bagi difabel,” ingat Prof Ridwan.
Karena saya yang meneruskan beliau, maka kemudian saya cari di semua sudut di ruang gedung Unika yang bisa untuk difabilitas, dan hanya menemukan beberapa tempat saja namun belum secara keseluruhan, mengingat kita juga harus menjaga landscap bangunan Unika supaya tidak banyak di rubah.
Hingga akhirnya ditemukan ruang yang bebas hambatan yang terletak di belakang gedung dan dibangun diatasnya sehingga bangunannya disebut skyway. Maka disitulah pertama kali garis penghubung antara gedung Thomas Aquinas, Mikael dan kemudian gedung Antonius terhubung. Selanjutnya skyway tersebut dilanjutkan dari gedung Antonius menuju gedung Henricus Constance dan disetujui oleh Dekan Psikologi.
Dari sisi design, jika skyway 1 Mikael lebih ke design klasik, sedangkan design skyway 2 Gabriel cenderung ke design posmo. Sehingga dengan demikian apa yang menjadi harapan untuk menyediakan sarana difabel sudah dua per tiga terpenuhi, pungkasnya. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi