Kembali Omah Panggung Hidrolis atau sering disebut Ompalis didesiminasikan dengan mengkaji sistem struktur dan cara menggunakan Ompalis oleh masyarakat, pada hari Jumat (22/11) bertempat di ruang B.31 gedung Henricus Contance, Unika Soegijapranata.
Sebuah kenyataan bahwa dibutuhkan metode penanganan rumah dari rob selain pengurukan tanah, Ompalis yang merupakan hasil penelitian para dosen Unika Soegijapranata dan sudah menerbitkan buku, menjadi satu solusi baru. Maka pada desiminasi ini para pembicara yang sekaligus peneliti memaparkan bagaimana penerapan Ompalis oleh masyarakat.
Sebagai koordinator peneliti, Ir Etty Endang Listiati MT sempat menjelaskan di sela-sela seminar tentang Ompalis kepada para peserta yang hampir sebagian besar adalah para praktisi sekaligus akademisi dari berbagai kelembagaan atau instansi, seperti PUPR dan LPJK.
“Kami coba sosialisasikan sistem struktur dan cara penggunaan Ompalis agar masyarakat banyak yang tahu, kemudian siap membangun,” ucapnya.
“Maka dalam mensosialisasikan ini, kami bekerja sama dengan LPJK atau Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi dan kemudian ditindaklanjuti oleh balai pelatihan dari PUPR. Dan harapannya dengan seminar ini akan banyak mendapat masukan-masukan dari para praktisi terkait penggunaan Ompalis ini,”lanjutnya.
Jadi silahkan kalau ada yang ingin mengerjakan atau membangun Ompalis bisa menggunakan panduan dari buku yang sudah diterbitkan, imbuhnya.
Sedang tim struktur dalam Ompalis yaitu Ir Widija Suseno W MT dalam seminar tersebut mencoba meyakinkan kepada siapa pun yang berminat untuk mendirikan Ompalis, bahwa Ompalis aman untuk didirikan.
“Ompalis ini sudah kami uji dan cek perhitungannya sudah sangat mampu untuk menerima beban berat. Masukan yang disampaikan terkait kemampuan menahan gelombang laut, demikian juga terhadap angin jika Ompalis ini berada di area yang luasannya yang cukup besar, sehingga tidak berdampingan dengan rumah-rumah lain seperti yang sudah kita buat, akan kita coba telaah lebih lanjut,” jelas Widija.
“Namun terlepas dari itu, bangunan Ompalis ini anggaran relatif ringan dan konstruksinya tidak terlalu berat dan tahan gempa, di daerah pesisir bisa dimanfaatkan sebanyak mungkin tanpa mengganggu lingkungan-lingkungan di sekitarnya,” tambah Widija.
Sedangkan batas waktu penggunaan bisa selama 15 tahun dengan catatan ketinggian air rob itu setiap tahun terjadi penurunan. Disamping itu juga perawatan bambu yang rentan terhadap cuaca dan serangga yang mengganggu bambu tersebut.
Maka akan lebih baik jika bambu bagian atas konstruksi rumah direndam air dulu selama kurang lebih tiga bulan supaya tepung-tepung yang ada dalam bambu itu larut dalam air sehingga bisa bertahan cukup lama, kalau direncanakan bambu tersebut untuk waktu 10 tahun masih mampu, pungkasnya. (fas)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah