Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unika Soegijapranata mengadakan kuliah umum bertemakan “Nutrition for Non Communicable Disease” dengan mengundang Prof. Dr. Ir. Fransiska Rungkat Zakaria, M.Sc. dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Kuliah umum yang diadakan pada hari Kamis, 16 November 2017 di Ruang Teater Gedung Thomas Aquinas ini membahas mengenai nutrisi dalam pangan dan kaitannya dengan penyakit tak menular (non-communicable disease).
“60% angka mortalitas disebabkan oleh penyakit tak menular seperti stroke, jantung, diabetes, hipertensi, dan obesitas. Sedangkan 30% disebabkan oleh penyakit menular seperti TBC, diare, atau karena virus dan bakteri. Hal ini sangat disayangkan, mengingat bahwa penyakit tak menular ini sebenarnya dapat dicegah melalui pola makan dengan memerhatikan nutrisi yang benar,” ungkap Prof. Fransiska Rungkat.
Ia pun menjelaskan lebih lanjut bahwa kerugian yang disebabkan oleh penyakit tak menular ini bukan hanya soal biaya pengobatan yang harus dikeluarkan, melainkan juga kesedihan dan kemurungan bagi anggota keluarga, “Biaya pengobatan yang harus dikeluarkan terbilang cukup besar, seperti misalnya untuk cuci darah atau pemasangan ring jantung.”
Penyakit tak menular seperti stroke, jantung, diabetes, hipertensi, dan obesitas disebabkan oleh kurang lengkapnya nutrisi dalam makanan yang dikonsumsi. “Akhir-akhir ini, banyak orang yang mengonsumsi makanan olahan. Padahal makanan olahan ini sudah melalui proses pengawetan dan pemurnian. Sudah banyak komponen bioaktif yang hilang sehingga nutrisinya berkurang. Seperti misalnya pembuatan gula pasir dari tebu. Gula pasir lebih cepat diserap oleh tubuh menjadi gula darah dan menjadi penyebab diabetes. Sedangkan konsumsi gula tebu tidak. Sebab ketika kita mengonsumsi tebu, maka yang kita makan bukan hanya gula saja, melainkan ada komponen-komponen lain seperti air. Sehingga gula tidak cepat diserap oleh tubuh dan menjadi gula darah,” jelasnya.
Contoh lain adalah beras. Padi yang digiling dengan mesin penggiling pecah kulit akan menghasilkan beras yang masih berwarna kecokelatan seperti beras tumbuk. Beras yang seperti ini sebenarnya baik untuk dikonsumsi karena masih mengandung yang vitamin, mineral, dan serat. Sedangkan beras putih cenderung sudah kehilangan banyak komponen bioaktif di dalamnya.
Maka dari itu, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dari pangan utuh seperti biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan buah yang bukan ekstrak. Nutrisi yang terkandung dalam pangan utuh jauh lebih banyak dan komponen bioaktif dalam pangan utuh ini memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Seperti misalnya kandungan antioksidan pada pangan nabati utuh yang dapat mencegah kanker.
Selain itu, Prof. Fransiska Rungkat juga menjelaskan mengenai regulasi dan kebijakan terkait dengan industri pangan. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 63 tahun 2015 yang mengatur tentang pencantuman informasi kandungan gula, garam, dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan dan pangan siap saji. Hal ini sekaligus menjadi sarana edukasi bagi masyarakat.
Ke depannya, ia berharap supaya industri pangan di Indonesia semakin dapat menjadi industri yang ambidextrous, yakni bukan sekedar berorientasi pada profit tetapi juga memerhatikan sustainable impact bagi kesehatan manusia dan lingkungan. (B.Agth)
Tim Mahasiswa FK SCU Juarai Olimpiade Medis Regional, Siap Bersaing di Tingkat Nasional
Empat mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Soegijapranata Catholic University (SCU) berhasil