Rektor Unika Soegijapranata Prof Dr F Ridwan Sanjaya MS IEC tampak tersenyum lebar ketika menyaksikan Romo Aloysius Budi Purnomo Pr mencoba menyusuri buku perpustakaan dengan menggunakan alat Virtual Reality Library (VR Library) beberapa saat setelah diresmikannya penggunaan fasilitas Studio Pembelajaran Digital atau disingkat ‘Speda’ dan Augmented Reality Library (AR Library) serta Virtual Reality Library (VR Library) pada hari Senin (22/7) di ruang perpustakaan lantai 3 Unika Soegijapranata.
Kepala Perpustakaan Unika Soegijapranata Rikarda Ratih Saptaastuti SSos dalam wawancara sebelum acara launching, mengungkapkan tentang dimulainya penggunaan media literasi digital Virtual Reality (VR) di perpustakaan Unika, yang tampaknya penggunaan media VR tersebut baru pertama kalinya ada di tingkat provinsi bahkan di tingkat nasional.
“ Dalam rangka layanan perpustakaan yang mendukung proses kegiatan pembelajaran di Unika Soegijapranata, maka perpustakaan Unika memiliki layanan baru yaitu Studio Pembelajaran Digital atau disingkat ‘Speda’. Fasilitas Speda ini bisa digunakan untuk membuat konten-konten pembelajaran dalam bentuk audiovisual yang bisa ditayangkan di aplikasi Massive Open Online Course (MOOC) Unika dan juga bisa ditayangkan dalam kegiatan E- Learning,” jelas Ratih.
“Para dosen dapat membuat materi pembelajaran yang berbeda dengan metode sebelumnya seperti misalnya penggunaan power point, Pdf dan tercetak, yaitu dengan dibantu oleh petugas perpustakaan dalam membuat konten digital di ruang Studio Pembelajaran Digital (Speda) yang nanti hasilnya bisa diakses oleh mahasiswa.”
“Para mahasiswa tentu akan semakin antusias dan tertarik dengan penggunaan konten pembelajaran yang berbeda dan itu tentunya akan membuat mahasiswa akan lebih semangat belajar karena mereka bisa mengulang-ulang pembelajarannya dari konten digital yang diberikan oleh dosen,” lanjutnya.
“Disamping itu, kami juga ada layanan baru lagi yaitu Augmented Reality Library (AR Library), serta Virtual Reality Library (VR Library) yang nantinya pasti sangat mengakomodir kebutuhan informasi para mahasiswa di era milenial dan distruptif saat ini. Pengembangan konten atau layanan yang memang mengakomodir kebutuhan milenial itu diharapkan dapat mengubah anggapan mahasiswa supaya perpustakaan bisa menjadi tempat belajar yang asyik ,” ucap Ratih.
“Kami juga menyediakan layanan photobooth 3D untuk civitas akademika supaya perpustakaan menjadi tempat yang mengasyikkan juga untuk belajar dan sarana rekreatif,” terangnya.
Sedangkan Prof Ridwan Sanjaya selaku Rektor Unika Soegijapranata tampak mengapresiasi adanya inovasi yang dilakukan oleh perpustakaan Unika melalui media yang sesuai dengan kebutuhan media pembelajaran yang kekinian saat ini.
“Perpustakaan Unika sejak tahun 2013 mulai mengubah paradigmanya yaitu dari yang sebelumnya hanya transaksi pinjam meminjam buku sudah berubah dengan cara yang pertama yaitu menciptakan fungsi para pustakawan itu tidak hanya di belakang meja yang menyediakan buku tetapi sudah menjadi mitra bagi mahasiswa dan dosen untuk menulis serta merujuk dengan benar, ” tutur Prof Ridwan.
“Selain itu perpustakaan saat ini juga sudah mulai berubah menjadi pemicu atau pendorong untuk terciptanya konten-konten lokal. Dan perpustakaan Unika telah menyediakan fasilitas ruang Speda untuk memproduksi atau menghasilkan konten-konten lokal. Jadi sewaktu-waktu dibutuhkan para dosen bisa membuat materi pembelajaran dengan konten lokal di ruang yang compact, atau kalau istilah saya menyebutnya sebagai box atau kotak yang bisa menghasilkan karya yang luar biasa,” jelas Prof Ridwan menambahkan.
“ Ada pula inovasi lain yaitu penggunaan Virtual Reality Library (VR Library), yang dimaknai sebagai penggunaan suatu ruang yang luas dan bisa dieksplorasi menggunakan perangkat gadget kacamata Virtual Reality. Dan harapannya dengan menggunakan perangkat VR Library ini para mahasiswa dapat memahami isi dari buku kemudian bisa meminjam buku tersebut. Disamping itu, dengan perangkat VR Library pengguna layanan perpustakaan juga bisa tidak harus berada di dalam ruangan perpustakaan namun bisa melakukan peminjaman dari luar setelah melihat ilustrasi yang ada,” terangnya.
Lebih lanjut Prof Ridwan juga menjelaskan mengenai penggunaan Augmented Reality Library yang memungkinkan pengguna perpustakaan untuk melihat isi buku yang didisplay di perpustakaan, dengan menggunakan aplikasi di perpustakaan sehingga pengguna bisa mendengar dan melihat isi dari buku yang sedang disorot oleh perangkat keras gadget tadi.
Mengenai penggunaan Augmented Reality Library ini, jika dilihat secara kasar, di berbagai tempat perpustakaan di Indonesia tampaknya belum ada yang menggunakan perangkat ini. Jadi bisa dikatakan perpustakaan Unika Soegijapranata yang pertama kali menggunakan perangkat Augmented Reality Library di Indonesia. (fas)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi