Pemerintah daerah khususnya kepala desa atau lurah memiliki tanggung jawab yang besar atas pembangunan desa terlebih dengan adanya UU Desa yang memberikan tantangan tersendiri bagi perangkat desa. Menanggapi tantangan yang semakin besar dalam pengembangan perumahan yang layak huni, terjangkau dan berkesinambungan di wilayah pedesaan dan perkotaan yang mencerminkan identitas lingkungannya, maka Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata bekerja sama dengan Yayasan Caritra-Housing Resource Center (HRC) Semarang, pada hari Rabu (14/3) bertempat di Gedung Thomas Aquinas – Unika, telah mengadakan Serial Diskusi Ruang Rabu dengan tema “Identitas Ruang Kota”.
Hadir dalam forum diskusi tersebut Dr. Ir. Mahditia Paramita, CEO HRC Caritra Indonesia yang menyampaikan materi terkait pengembangan pemukiman pedesaan,”HRC muncul pasca gempa pada tahun 2006 di daerah Yogyakarta. HRC menjadi tempat sharing informasi, koordinasi dan publikasi antara para aktivis perumahan, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),UN-Habitat, dan Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat. Setelah berjalan dua tahun pasca gempa, ternyata layanan HRC masih dibutuhkan, yaitu dengan melakukan riset dengan data-data empiris yang lengkap untuk menjustifikasi pada saat kebijakan dibuat atau disusun, tentang penataan kawasan kumuh, profil kampung di desa atau kota dan edukasi,”paparnya.
“ Identitas kota bisa diciptakan sebagai kekhasan atau pembeda dengan desa atau kota lainnya. Adapun manfaat identitas sendiri adalah untuk menjaga nilai yang ada yang menjadi ciri atau kekhasan daerah tersebut. Lantas bagaimana caranya, yaitu dengan membuat profil yang menjadi kekhasan daerah yang diperoleh dari sejarah daerah tersebut kemudian bersama masyarakat diajak berpikir kira-kira daerah tersebut di masa mendatang mau menjadi seperti apa. Hal tersebut dilakukan seperti misalnya di kampung Cokrokusuman yang terkenal dengan budi daya pemeliharaan burung, serta kampung modern karanganyar yang memunculkan tenaga mikrohidro untuk pembangkit listrik,” jelasnya.
“ Penentuan masa depan kawasan juga harus terencana, dengan mengajak masyarakat supaya tahu saat kapan hasilnya akan mereka nikmati serta saat kapan mereka harus melanjutkan ke tahap perencanaan berikutnya. Keuntungan pengembangan yang terencana bermanfaat untuk penggalangan dana dari berbagai sumber. Sebagai contoh sederhana adalah dalam perencanaan kawasan menggunakan konsep perencanaan seperti yang dilakukan oleh seorang kepala dusun dengan istilah omong-omong, iming-iming dan ameng-ameng,”imbuhnya.
Pembicara kedua yang turut menyampaikan pandangannya adalah P Donny Danardono, SH., Mag. Hum selaku Ketua Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika, “Tumbuhnya industri di pedesaan memicu penduduk desa kehilangan minat bekerja di daerah pedesaannya sendiri. Kecenderungan yang muncul adalah keinginan bekerja diluar daerahnya. Bahkan sebagian besar pemilik lahan pedesaan adalah pemilik perusahaan atau industri yang notabene adalah orang diluar lingkungan desa yang bersangkutan. Pertanyaannya, kelak desa menjadi milik siapa?”
Sementara Benny Danang Setianto, SH., LLM., MIL yang merupakan salah satu dosen pengajar PMLP sekaligus Wakil Rektor IV Unika Soegijapranata juga menyampaikan pandangannya, ”Identitas tidak pernah tunggal dan statis tetapi selalu dinamis tergantung resultante-resultante yang mempengaruhi. Dan kadang stimulannya diawali dengan peristiwa traumatik yang pernah dialami. Dalam kondisi tersebut, peran pemimpin harus muncul, dan sifat pemimpin tidak tunggal yang kadang bisa datang dari luar lingkungan. Tahap berikutnya adalah hearing dan konsultasi yang akhirnya bisa disepakati bersama.”(Fas)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah