Baru-baru ini, film Prenjak berhasil menyabet gelar juara kategori Prix Découverte Leica Cine du court métrage
dari La Semaine de la Critique – Cannes 2016 yang berasal dari festival film di Perancis. Film ini terpilih menjadi juara dalam kategori short films dan berhasil menyingkirkan 9 film dari berbagai negara di Dunia. Menurut Wregas, film prenjak tersebut dibuat olehnya dalam kurun waktu yang cukup singkat.
“Film Prenjak ini hanya dibuat selama 2 hari saja, serta mengalami editing selama 7 hari. Saya mencoba untuk mengirimkan film pendek tersebut ke panitia mepet deadline yang telah ditentukan. Dari 1500 film pendek yang telah dikirimkan dari seluruh dunia, hanya ada 10 peserta yang berhasil lolos dari saringan tersebut, salah satunya film Prenjak” tuturnya.
Film Prenjak yang merupakan salah satu karya Wregas Bhanuteja beserta 4 judul film lainnya pada hari Senin (22/8) telah diputar di Ruang Theater Gd. Thomas Aquinas Lantai 3 Unika Soegijapranata dalam kegiatan “Ruang Rabu” yang merupakan forum ilmiah dan non ilmiah yang digagas oleh Program Magister Lingkungan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata. Film yang dipertunjukkan merupakan 5 film pendek karya Wregas Bhanuteja, diantaranya Senyawa, Lembusura, Lemantun, The Floating Chopin, Prenjak.
Film Prenjak bercerita mengenai perempuan yang hamil diluar nikah, ditambah dengan laki-laki yang menghamilinya pergi meninggalkannya, pastilah bagi seorang perempuan akan mengalami guncangan dan harus memikirkan bagaimana mengurus anak tersebut sendirian. Melalui korek api yang dijualnya seharga sepuluh ribu, ia berusaha untuk bagaimana menafkahi anaknya dengan caranya sendiri.
Memulai debut pembuatan film pendek tahun 2012
Wregas Bhanuteja sendiri merupakan lulusan dari Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta. Ia memulai debut pembuatan film pendek sejak tahun 2012 dengan film pertamanya adalah senyawa. Dalam penuturannya, film senyawa ini dibuat untuk tugas kuliahnya.
“Film senyawa ini merupakan tugas kuliah saya yang pertama dan menceritakan tentang perbedaan agama. Ibu dan anak tersebut beragama katolik, sedangkan ayahnya seorang pemeluk agama islam. Ketika ibunya yang sudah meninggal akan berulang tahun, ia ingin untuk memberikan kado terindah berupa rekaman suaranya yang menyanyikan lagu Ave Maria kesukaan ibunya, namun seringkali gagal karena banyak gangguan suara dari lingkungannya. Ketika ia berkonsultasi dengan ayahnya, ia menemukan ide yang tepat untuk kado tersebut. Ia menyanyikan lagu Ave Maria sedangkan ayahnya mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Quran sehingga terciptalah senyawa yang tidak biasa” ungkapnya.
Selain itu, masih terdapat 4 karya Wregas yang bisa dinikmati yakni Lembusura, Lemantun, The Floating Chopin dan Prendjak. Film Lembusura serta The Floating Chopin ini merupakan film eksperimental, yakni tidak menggunakan alur dari awal hingga akhir, sehingga tidak memliki struktur film naratif. Dan Film Lemantun ini merupakan tugas akhir dari Wregas yang menceritakan mengenai latar belakang keluarganya sendiri.(Ign)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah