Sebagai puncak acara Dies Natalis ke-2, pada hari Senin (23/11), Program Studi (Prodi) Rekayasa Infrastruktur dan Lingkungan (RIL) menggandeng beberapa unsur pengamat tata kota, sosial kemasyarakatan dan pariwisata, hingga kelompok Millennials di Kota Semarang dan stakeholder lainnya berinisiatif melakukan refleksi peran Millennials terhadap isu kerusakan lingkungan dalam Talkshow Interaktif Our City Forum dengan tema “Krisis Lingkungan Bagi Mereka; refleksi kontribusi kaum Millennials terhadap krisis lingkungan di Indonesia”. Acara ini merupakan salah satu rangkaian peringatan Diesnatalis Prodi RIL yang jatuh pada 8 november 2020 lalu.
Dan untuk lebih membuka cakrawala pengetahuan dan semakin menajamkan isi tema bahasan dalam talkshow interaktif ini, acara dipandu oleh Clara sebagai host acara yang notabene mahasiswa RIL, dan menghadirkankan pula tiga pembicara handal yang ketiganya merupakan representasi kaum Milenial.
Ketiga pembicara tersebut yaitu Ketua BEM Fakultas Ilmu Teknologi Lingkungan Unika Soegijapranata Laurelia Nola, pembicara berikutnya Lintang Jata Anggita ST M Ling selaku Dosen dan akademisi milenial dari Prodi RIL Unika Soegijapranata, dan yang terakhir adalah Miftachur Robani atau dikenal dengan panggilan Mas Ben yang merupakan CEO LindungiHutan.com yang merupakan Platform digital buatan Millennials yang mendorong donasi publik untuk konservasi dan penanaman mangrove di pesisir pantura.
Dalam keterangannya, pembicara dari Dosen dan akademisi milenial dari Prodi RIL Unika Lintang Jata Anggita mengemukakan bahwa milenial sebagai generasi produktif yang menduduki populasi terbanyak di Indonesia saat ini, mempunyai peran yang besar dalam berkontribusi untuk mengatasi krisis lingkungan.
“Para milenial harus bisa memimpin dan pro aktif untuk mengajak generasi lainnya agar terlibat dalam perbaikan lingkungan,” paparnya.
Keterlibatan milenial bisa dilakukan dengan penanaman kembali mangrove untuk melindungi dari abrasi laut, juga konservasi sumber daya air melalui hutan yang perlu dilestarikan sebagai water recharging dan aktifitas lainnya, yang dapat memberi dampak positif pada lingkungan.
Para milenial juga bisa secara pribadi mencoba melakukan upaya konservasi lingkungan dengan cara-cara sederhana dengan misalnya mengurangi borosnya penggunaan air tawar, kemudian penggunaan alat transportasi jika dimungkinkan yang ramah lingkungan, dan hal-hal lain yang bersifat upaya untuk terlibat dalam menjaga lingkungan alam sekitar kita, lanjutnya.
Hal lain, generasi milenial ini juga mempunyai ciri positif yaitu daya adaptasi yang tinggi. Jadi para milenial ini tidak gagap teknologi dan juga mengetahui hal-hal yang bersifat konvensional. Dan dari sifat adaptif ini juga para milenial juga bisa memberikan hal-hal positif terhadap penanganan kerusakan lingkungan, seperti misalnya gerakan zero waste dan go green yang perannya banyak dilakukan oleh para milenial dan dengan cara yang lebih sesuai dengan keadaan zaman sekarang, ucapnya.
Jadi antara pelestarian dan pembangunan itu harus berkesinambungan, artinya tidak bisa kita hanya pelestarian saja atau pembangunan saja, melainkan keduanya harus bisa saling menunjang agar gerak pembangunan tidak berdampak pada kerusakan lingkungan, tegasnya.
Sedang Laurelia Nola sebagai pemateri yang mewakili milenial, menyampaikan bahwa citra milenial seringnya dilihat secara negatif, tetapi sebenarnya justru citra positif milenial lebih banyak, diantaranya dengan inovasi teknologi yang diciptakan oleh para milenial untuk membantu pelestarian lingkungan.
Inovasi teknologi tersebut seperti misalnya lampu abadi yang diciptakan oleh para mahasiswa dengan memanfaatkan bakteri dan tidak menggunakan listrik lagi, kemudian ada juga inovasi tempat sampah pintar, yang menggunakan sensor untuk memilah sampah secara otomatis, sambungnya.
Dari para milenial ini juga membentuk komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan, seperti LindungiHutan.com yang fokus pada pelestarian hutan, penanaman mangrove, dan perlindungan dari penebangan hutan secara liar.
“Para milenial memiliki peran yang penting dalam menjaga dan melestarikan lingkungan di masa yang akan datang, karena generasi milenial adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu diharapkan bisa menjaga agar keberlanjutan generasi ini juga bisa dirasakan pula oleh generasi selanjutnya, setidaknya dengan cara melakukan hal-hal kecil yang bermanfaat bagi lingkungan,” pungkasnya. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi