Kembali salah satu Pusat Studi di LPPM Unika Soegijapranata, yaitu Pusat Studi Lingkungan Manusia dan Bangunan (LMB) mengadakan kegiatan webinar yang kali ini mengupas tema “Mengunduh dan Memanfaatkan Air Hujan untuk Kehidupan Sehari-hari.”
Acara yang dlilaksanakan secara online di ruang virtual Unika Soegijapranata ini, diselenggarakan pada Rabu (10/3) dan dihadiri oleh beberapa narasumber, diantaranya adalah Pastor Yanuarius Dou, Pr (Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) St Paulus Nabire Papua), dengan topiknya tentang ‘Emas di Langit Nabire Papua’. Narasumber berikutnya adalah Ir FX Bambang Suskiyatno MT, yang merupakan dosen Prodi Arsitektur Unika Soegijapranata dengan topik bahasannya,’Sistem Pemanenan Air Hujan untuk Kebutuhan Kehidupan.” Dan narasumber terakhir adalah Dr Ir Djoko Suwarno MSi IPM seorang dosen Fakultas Teknik Unika Soegijapranata yang materinya menyoroti tentang ‘Air Hujan Jadi Rupiah’.
Dalam paparan materi yang pertama oleh Pastor Yanuarius Dou, dijelaskan tentang kondisi nyata yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat Papua.
“Pada awal mendampingi para frater Seminari TOR yang menjadi keprihatinan kami adalah banyaknya frater yang sakit. Dan dalam kondisi tersebut, saya berjumpa dengan Suster Dion dari Ordo Abdi Kristus (AK). Karena kepekaan dan keprihatinannya, Suster Dion menyampaikan ke saya, bahwa salah satu penyebab banyaknya frater yang sakit adalah karena air minum. Dan menyarankan kepada saya supaya mulai memikirkan bagimana mengolah air minum yang sehat,” terangnya.
Dalam keadaan tersebut, saya disarankan untuk mempelajari buku yang ditulis oleh Romo Vincentius Kirjito, Pr dan satu buku lain, yang membahas mengenai air hujan. Melalui buku itu saya juga mulai menghubungi Romo Kirjito dan mendapat kesempatan bisa bertemu langsung saat ada pertemuan para Direktur Formator se- Indonesia yang diselenggarakan di Muntilan.
Dalam pertemuan tersebut, kami menyepakati bahwa Romo Kirjito akan berkunjung ke TOR Nabire Papua. Dan berkat Romo Kirjito, maka TOR Nabire sekarang memiliki dapur ionisasi sumber air hujan sendiri, yang sekarang telah memasuki tahun ketiga kami menggunakan air minum olahan tersebut.
Dan dari pengalaman itu kami boleh menghasilkan buku dengan judul “Emas di Langit Nabire Papua’, setelah sebelumnya melakukan penelitian selama kurang lebih satu bulan, paparnya.
Sementara pembicara kedua, Ir FX Bambang Suskiyatno MT memaparkan apa yang terjadi jika memanen air hujan di perkotaan, dan kaitannya dengan peran manusia yang harus menjaga pelestarian.
“ Jika kita membahas mengenai pemanenan air hujan, maka ada dua sistem yang harus kita ketahui, yaitu pemenuhan kebutuhan domestik untuk air bersih manusia, dan yang satunya adalah bagaimana manusia bersikap di dalam mengembalikan air hujan ke dalam tanah, “ jelasnya.
Keduanya memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia. Perubahan iklim memang sudah tidak bisa kita hindari, dan membawa implikasi pada pasokan air tanah, karena tingginya curah hujan maka tanaman akan memiliki akar yang lebih tebal dan menyumbat pori-pori dan ruang yang cukup besar sehingga air akan kesulitan masuk ke dalam tanah.
Sementara itu kebutuhan air bersih di perkotaan juga bisa terpenuhi melalui suplai air bersih melalui PDAM namun distribusinya terbatas dan mahal. Oleh karena itu banyak masyarakat memanfaatkan air tanah dangkal maupun dalam, yang secara tidak langsung berdampak pula intrusi air laut makin jauh dari pantai, serta menyebabkan penurunan muka tanah, rob di daerah pantai dan genangan air. Sedangkan pemanfaatan air hujan di perkotaan masih sangat minim.
Perihal kontaminan air hujan di kota Semarang, saya dan BLH kota Semarang mencoba untuk mencari tahu atau menguji kualitas dari air hujan di sekitar 40 lokasi yang tersebar di Kota Semarang. Dan ternyata kontaminan air hujan tertinggi adalah polutan bakteri coliform, dan kimia Mangan (Mn).
Maka untuk untuk mefiltrasi polutan kimia mangan pada air hujan, perlu mengoksidasi mangan dengan mangan zeolit (batu zeolit).Sedangkan untuk upaya pembasmian polutan bakteri coliform pada air hujan melalui pemanasan air mengacu pada pasteurisasi 70 derajat Celcius atau pada titik didih air 100 derajat Celcius, terangnya.
Sedang pembicara terakhir, yang dipaparkan oleh Dr Djoko Suwarno menyimpulkan bahwa untuk kebutuhan kelompok industri di perkotaan, penggunaan air hujan secara maksimal dapat menghemat biaya sebesar Rp 2.152.468.246,00 atau menghemat 33% dari harga air tanah. (FAS)
Klinik Pratama Ibu Teresa SCU Berikan Edukasi Risiko dan Gejala Vertigo, Hadirkan Pemeriksaan untuk Cek Keseimbangan Tubuh
Klinik Pratama Ibu Teresa Soegijapranata Catholic University (SCU) memberikan edukasi