Dalam sebuah acara webinar yang diselenggarakan secara virtual oleh MarkPlus Institute Goes to Campus Episode 11, hadir sebagai salah satu narasumber adalah Rektor Unika Soegijapranata Prof Dr F Ridwan Sanjaya MS IEC.
Dalam kegiatan yang dilaksanakan hari Sabtu (5/6) tersebut, Hermawan Kartajaya yang merupakan Founder & Executive Chairman MarkPlus, Inc. membuka acara webinar dengan penjelasan mengenai apa yang sudah dan akan dikembangkan oleh MarkPlus kedepannya.
“Saya dulu pernah menjadi salah satu Dewan Penyantun Unika Soegijapranata, dan beberapa waktu lalu sempat berkunjung ke beberapa universitas termasuk salah satunya di Unika Soegijapranata Semarang. Dalam kesempatan tersebut sempat kami diskusikan tentang adanya keinginan kerjasama dalam bentuk sertifikasi marketing,” ungkapnya.
Dalam bidang marketing, MarkPlus sudah melewati masa 31 tahun yaitu sejak tahun 1990. Dan terlebih dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memang diharapkan bidang marketing nantinya akan bersinergi antara dunia industri dan dunia kampus.
Selama ini Unika Soegijapranata sudah dikenal memiliki platform Center for Student Entrepreneurship (CSE), kemudian juga termasuk PTS terbaik Jawa Tengah tahun 2019 dan 2020, ada Library AR VR, demikian pula platform bagi alumni berinvestasi untuk kewirausahaan, platform pendanaan kewirausahaan crowdfunding, dan merupakan satu dari 59 universitas penggerak kewirausahaan yang dipilih oleh Kemenkop 2019.
Menanggapi perkembangan tersebut, Hermawan Kartajaya juga menyatakan bahwa tidak mungkin marketing tanpa entrepreneurship, yaitu bahwa kita tidak mungkin diganti mesin semua, maka perlu dilakukan transformasi melalui MBKM yang hampir sama dengan CI-EL (Creativity, Innovation-Entrepreneurship Leadership) dan PI-PM (Productivity, Improvement-Professionalism Management).
Sementara Prof Ridwan Sanjaya dalam paparan materinya mengungkapkan tahap yang dilalui Unika Soegijapranata dalam menjelang MBKM yang sebenarnya sudah cukup familiar, walau secara branding saat itu tidak sama dengan MBKM yang dibawa oleh Dirjen Dikti.
“Kewirausahaan di Unika sudah menjadi DNA nya pada masing-masing fakultas. Artinya, tiap fakultas mempunyai mata kuliah kewirausahaan yang berbeda-beda. Kemudian juga memiliki kelompok kewirausahaan yang berbeda-beda. Namun pada prinsipnya mereka menyadari bahwa kewirausahaan adalah bagian yang tidak terpisahkan. Tapi sejak tahun 2018 atau sejak Unika Soegijapranata ditunjuk sebagai satu dari 59 universitas penggerak kewirausahaan yang dipilih oleh Kemenkop 2019, maka Unika membentuk suatu organisasi di tingkat universitas namanya Center for Student Entrepreneurship (CSE), dimana tidak lagi terkotak-kotak di tiap fakultas, namun memiliki satu wadah di tingkat universitas,” jelasnya.
“Teknologi informasi yang juga dikembangkan di Unika bisa digunakan sebagai jembatan dan bukan sebagai satu-satunya alat atau tujuan, yang bisa menjembatani teman-teman yang ada di kampus mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jembatan tersebut salah satunya adalah crowdfunding,” lanjut Prof Ridwan.
Jadi platform crowdfunding ini bisa digunakan jika seandainya kita membutuhkan dana dari luar atau alumni. Maka harus ada ada yang menemukan dua pihak tadi dengan alat yang namanya platform crowdfunding yaitu dengan hubungan yang saling menguntungkan.
Disamping itu Universitas juga memberikan keterangan pendamping ijazah pada saat mahasiswa selesai studi, karena hal tersebut dapat semakin menguatkan kepercayaan diri para lulusan dalam ber-entrepreneurship atau berhubungan dengan pihak lain.
Demikian pula alumni juga diperhatikan untuk senantiasa bisa terhubung dengan Universitas melalui berbagai fasilitas yang disediakan dengan media sosial yang dibangun seperti misalnya HaNi (Halo Alumni) yang salah satu menunya ada investasi startup, bisa dalam bentuk dukungan beasiswa, donasi bencana, termasuk juga didalamnya terdapat investasi startup.
Jadi yang namanya Center for Student Entrepreneurship akan jadi seperti tempat untuk mendapatkan kesempatan berdasarkan usaha-usaha yang sudah dikembangkan oleh kampus melalui berbagai platform yang disediakan.
Karena platform-platform yang disediakan, sebetulnya bukan untuk kewirausahaan saja tetapi hampir untuk seluruh kehidupan mahasiswa, di mana kita tidak meninggalkan nilai-nilai yaitu cinta kasih dan kejujuran yang tetap kita tekankan, meskipun teknologi menjembatani orang-orang yang ada di dalamnya untuk berkembang, pungkas Prof Ridwan. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi