Soegijapranata Catholic University (SCU) bekerja sama dengan Universitas Kristen Papua pada hari Rabu (28/10) telah menyelenggarakan webinar internasional yang bertujuan untuk mengupas bagaimana strategi atau metode pembelajaran daring inklusif. Dalam webinar ini, para narasumber bertukar pendapat strategi, metode, dan penerapan praktis pembelajaran daring yang cocok untuk semua siswa atau guru dengan latar belakang yang berbeda, dengan gaya belajar yang berbeda, dan dengan sumber daya yang berbeda.
Webinar yang berjudul “Promoting Inclusive Online Learning” mengundang beberapa narasumber yang merupakan pakar online learning international seperti Dr Eva Y W Wong PFHEA dari Hongkong Baptist University, kemudian Prof Spencer Benson PhD dari University of Maryland, serta Prof Dr F Ridwan Sanjaya MS-IEC dari Soegijapranata Catholic University maupun dr Sophian Andi M Pd K dari Universitas Kristen Papua.
Menjelaskan lebih lanjut, Dra Cecilia Titiek Murniati MA PhD selaku Ketua tim penyelenggara menyampaikan maksud diselenggarakannya kegiatan yang secara teknologi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran secara online dan dihadiri oleh sekitar 148 peserta yang berasal dari enam negara yaitu United States, Libya, Filipina, Myanmar, India dan Indonesia.
“Kita memang ingin lebih menekankan pada pembelajaran online yang mengakomodasi kebutuhan orang banyak,” jelas Cecilia PhD.
Dalam paparannya Prof Spencer Benson PhD, menjelaskan bahwa dalam pembelajaran online kita harus punya compassion and empathy. “Sesuai dengan semakin pentingnya 21st century skills, diharapkan mahasiswa dapat lebih independen dalam mencari ilmu,” terangnya.
Dengan mengikuti paparan dari masing-masing narasumber dan hasil tanyajawab dengan para peserta webinar internasional, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama adalah tidak ada metode pengajaran yang sama sekali baru, tetapi dosen bisa memodifikasi metode dan strategi pengajaran berdasarkan sumber yang dimiliki. Kedua, dosen dan siswa perlu belajar secara Phygital, artinya menggabungkan antara keduanya yaitu Physical and Digital, terang Cecilia PhD pada wawancara sesudah acara webinar.
Hal lain, dosen dituntut untuk selalu belajar dan meningkatkan literasi digital karena pembelajaran daring merupakan satu-satunya metode yang digunakan saat pandemic seperti ini. Artinya, minimnya literasi digital bukan menjadi alasan bagi dosen untuk melayani mahasiswa. Sebab saat ini para mahasiswa ini memang berada di tempat yang jauh, oleh karena itu dosen mau atau tidak mau harus bersahabat dengan teknologi. Dan teknologi pun tidak harus menggunakan teknologi yang canggih, namun juga bisa menggunakan perangkat yang biasa dipakai seperti PPT dengan audio, video yang bisa diupload di YouTube, yang dalam penggunaannya tidak membutuhkan kuota yang banyak, tuturnya.
Peranan dosen juga sangat penting dalam memotivasi, menginspirasi, dan memberi semangat yang positif untuk para mahasiswa, agar proses pembelajaran di tengah keterbatasan akibat dampak pandemi covid-19 tetap dapat berlangsung.
Kemampuan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang sulit menjadi kunci kesuksesan mahasiswa saat mereka bekerja nantinya. Di masa mendatang para mahasiswa tersebut juga akan berhadapan dengan tantangan dalam pekerjaan di suatu lingkungan yang membutuhkan kemampuan beradaptasi, termasuk problem solving, tutup Cecilia PhD. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi