Jumat (10/7) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Unika Soegijapranata kembali menghadirkan serial webinar yang kedelapan dalam masa pandemi yang diselenggarakan secara online.
Dengan tema “Menyemai Harapan: Rahasia Sehat Melalui Makanan”, serial webinar kali ini menghadirkan empat narasumber yang merupakan dosen dari rumpun keahlian Nutrisi dan Pangan Fungsional Program Studi Teknologi Pangan yakni Dr. A. Rika Pratiwi, M.Si, Dea N. Hendryanti, S.TP, M.S., Dr. Ir. Ch. Retnaningsih, MP, dan Meiliana, S. Gz, M.S.
Dr. Rika Pratiwi mengawali dengan pemaparannya mengenai sumber pangan yang tesedia dengan beragam. “Sumber makanan terdiri dari sumber nabati dan hewani. Sumber pangan nabati bisa kita dapatkan sangat beragam dari umbi-umbian, batang, daun, buah, bunga, hingga biji. Sementara dari sumber hewani bisa kita temukan contohnya dari susu, telur, daging dari hewan mamalia maupun ikan. Dari berbagai bahan ini pun bisa dilakukan pengolahan lebih lanjut menjadi beragam makanan seperti sosis atau keju,” terangnya.
Dalam sumber-sumber pangan itu terdapat makronutrien dan mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Ada pula komponen bioaktif seperti antioksidan yang bisa kita peroleh dari buah-buahan yang berwarna-warni. Bahan pangan yang bisa memberikan manfaat tambahan di samping fungsi gizi dasarnya ini disebut sebagai pangan fungsional. Bahan pangan ini mengandung komponen fungsional atau senyawa bioaktif seperti vitamin, serat, kalsium, atau omega-3. Dalam produk yang dipasarkan di supermarket, pangan fungsional ini juga harus memiliki klaim yang tepat, terang Dr. Rika.
Meskipun demikian, dalam beberapa bahan pangan dapat pula terkandung zat anti gizi yaitu komponen dalam bahan pangan yang menghambat penyerapan zat gizi lain. Namun, zat anti gizi ini bisa dihilangkan melalui pengolahan yang tepat misalnya dengan pemanasan. Pengetahuan mengenai komponen dalam bahan pangan ini menjadi penting supaya kita menjadi sehat, lanjutnya.
“Dalam tubuh dapat terjadi suatu reaksi inflamasi atau peradangan. Ada dua jenis inflamasi yang terjadi dalam tubuh yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronis. Inflamasi akut terjadi ketika sel imun tubuh bereaksi sebagai bentuk pertahanan terhadap suatu alergen atau senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh. Sistem pertahanan ini dibutuhkan dan menandakan bahwa sel imun kita bekerja dengan baik. Namun apabila hal ini berlangsung terus-menerus, maka akan menjadi inflamasi kronis dan menjadi berbagai penyakit seperti kanker atau penyumbatan jantung,” terang Dea N. Hendryanti.
Pola konsumsi yang tepat dapat membantu mengendalikan inflamasi tersebut. Ada makanan yang dapat memicu inflamasi (pro-inflammatory) dan ada pula yang bisa menekan inflamasi (anti-inflammatory). Beberapa komponen bahan pangan yang bersifat pro-inflammatory cotohnya adalah lemak jenuh, kolesterol, dan lemak trans. Sedangkan komponen pangan yang termasuk sebagai anti-inflammatory antara lain adalah vitamin, asam lemak tak jenuh, serat, atau komponen bioaktif seperti aktivitas antioksidan yang kuat. Makanan yang memiliki sifat anti-inflamasi ini perlu ditingkatkan konsumsinya, lanjutnya.
Menyambung, Dr. Retnaningsih menerangkan bagaimana pola konsumsi yang sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang. “Dalam pratiknya, kita tidak bisa menghilangkan salah satu nutrien tersebut. Yang dapat kita lakukan adalah mengatur jumlah dan keseimbangan porsi yang kita konsumsi. Oleh sebab itu, penting untuk memastikan bahwa kita mengonsumsi makanan yang aman, bergizi, dan sehat,” terangnya.
Dalam Pedoman Gizi Seimbang, terdapat empat pilar prinsip yaitu (1) mengonsumsi anekaragam pangan bisa dari sumber nabati maupun hewani dan beragam untuk tiap jenis kelompok makanan, (2) perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan sebelum makan atau mengolah makanan, (3) melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, (4) serta mempertahankan berat badan normal.
“Selain keempat hal itu, kita juga mesti cukup minum air putih sebanyak 2,7 liter per hari untuk perempuan dan sebanyak 3,7 liter per hari untuk laki-laki, atau secara umum sekitar dua liter tiap hari. Sedangkan untuk asupan gula, garam, dan minyak diusahakan seminimal mungkin. Serta tidak lupa untuk selalu mensyukuri dan menikmati anekaragam pangan. Rasa syukur yang positif ini akan membuat tubuh kita merespon dengan baik pula. Selain itu, dianjurkan juga untuk banyak makan sayuran dan buah-buahan. Dari konsumsi sayur dan buah, kita juga mendapatkan antioskdian, serat, vitamin, dan mineral,” lanjut Dr. Retnaningsih.
Sementara itu, Meiliana menerangkan bagaimana penggunaan suplemen makanan yang tepat. “Suplemen vitamin, mineral, dari bahan herbal atau asam amino pada dasarnya adalah tambahan sehingga suplemen tidak bisa menggantikan makanan yang kita butuhkan. Suplemen dibutuhkan apabila kita tidak bisa mendapatkan makanan yang sehat dan seimbang. Dalam beberapa kasus atau situasi kesehatan tertentu, makanan yang kita asup masih belum mencukupi kebutuhan sehingga diperlukan adanya suplemen. Misalnya anemia yang terjadi pada remaja putri sehingga dibutuhkan suplemen zat besi. Atau pada orang-orang yang tinggal di negara dengan durasi matahari yang pendek rentan mengalami defisiensi vitamin D. Dalam keadaan tersebut, suplemen bisa digunakan. Atau ketika seseorang sakit dan imunitas menurun, maka dapat dibantu dengan beberapa vitamin yang memiliki aktivitas antioksidan seperti vitamin C yang paling populer. Namun tetap harus mengonsumsi makanan sesuai Pedoman Gizi Seimbang,” terang Meiliana.
Penggunaan suplemen juga harus hati-hati karena apabila tidak tepat penggunaannya justru dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan pada tubuh. Konsumsi suplemen harus melihat terlebih dahulu pada kebutuhan masing-masing individu dan sebaiknya dikonsultasikan kepada tenaga kesehatan.
“Untuk menjadi sehat utamanya tetap berasal dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Tiga poin penting dari Pedoman Gizi Seimbang adalah mengkonsumsi makanan yang seimbang dalam jumlah dan porsi moderat atau cukup serta bahan pangan yang bervariasi. Apabila dari makanan sehari-hari sudah cukup dan seimbang, maka bisa jadi kita tidak terlalu membutuhkan suplemen,” pungkas Meiliana.
(B. Agatha)
Internship Fair FIKOM SCU: Jembatan Mahasiswa Menuju Dunia Industri
Fakultas Ilmu Komputer (FIKOM) Soegijapranata Catholic University (SCU) secara rutin