Sabtu, malam minggu, (23/5) dari kejauhan nampak jari-jemari menari lincah di atas tuts keyboard. Satu set drum pun digebuki secara tak beraturan. Dentuman suara rendah yang berasal dari gitar bass dan contrabass kadang juga membuat dada berdetak. Anehnya ketidak-teraturan itu menghasilkan simfoni yang indah. Itulah keunikan musik jazz.
Malam itu juga terasa semakin indah karena Amanda Sierra Soetedjo menyumbangkan suaranya. Penonton bagaikan tersihir ketika penyanyi yang karib dipanggil Sierra ini menyanyikan lagu I Love You. Ketika interlude, Sierra berteriak,”I love you. Do you love me?” Sontak para penonton menjawab dengan kompak,”I love you too!”
Makin meriah ketika Joeniar Arief berlari kecil naik ke panggung. Mantan personil Tofu ini menjadi partner duet Sierra. “Meskipun satu label dengan Sierra, baru di Unika ini aku nyanyi bareng Sierra lho,” aku Joeniar Arief.
Ketika bertemu dengan wartawan, Sierra juga mengaku senang bisa kembali lagi ke Semarang. “Seneng banget ya bisa ke Semarang lagi. Temen-temen di sini semua welcome. Beberapa tahun lalu saya juga sempat nyanyi di Unika dan animonya masih terjaga,” ungkapnya.
Vokalis yang menuntut ilmu di bidang performance and art di negeri kangguru ini juga mengaku kangen tampil di Unika. Perlu diketahui, Sierra Soetedjo juga pernah naik di panggung Unika pada tahun 2011 dalam acara welcome party.
Selain mereka berdua, berbagai kelompok jazz hadir di Unika. Grup band legendaris beraliran jazz kota Semarang juga menghentak Soegijazz 2015. Mereka adalah Emerald Bex dan DAC Band.
Merindukan Jazz
Kehadiran musik jazz di Semarang memang dinanti-nantikan. Tak main-main, gubernur Jawa Tengah sendiri yang mengatakannya,”Pertama saya datang ke Semarang saya itu prihatin kenapa di sini tidak ada seni. Saya ingin Soegijazz ini yang menjadi spirit dan inspirasi tumbuhnya seni, khususnya musik jazz, di Semarang.”
Bagaikan gayung bersambut, harapan Ganjar Pranowo ini dijawab oleh Unika. “Inilah kenapa Unika memilih musik jazz. Jazz memberi ruang pada inovasi dan pada titik akhirnya tercipta harmoni. Kampus kita, Unika Soegijapranata juga dijiwai oleh semangat seperti itu. Kita punya kepatuhan kreatif, tetapi tetap punya obyektif yang harmonis,” ungkap Budi Widianarko, rektor Unika Soegijapranata, ketika memberi sambutan Soegijazz 2015. Ia juga mengatakan bahwa kehadiran acara ini untuk meruntuhkan mitos kota Semarang mati seni.
Ketika ditanyai tim Kronik mengapa Ganjar Pranowo mau menonton hingga akhir acara, ia menjawab bahwa the real music is jazz. Dalam musik jazz semua personil dibebaskan berekspresi. “Saya berharap warga Semarang, khususnya mahasiswa Unika, juga berekspresi secara positif salah satunya lewat jazz. Mainkan rasamu, mainkan musikmu,” tuturnya sembari masuk ke mobil. (TeoDomina)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi