Dalam rangka mendorong dan menggiatkan penelitian para dosen Unika Soegijapranata terutama pada penelitian di luar DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat), maka Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unika berinisiatif mengadakan workshop dengan pembicara tiga peneliti Unika yang sudah menunjukkan kompetensinya dalam bidang penelitian dengan hibah penelitian yang bertaraf nasional maupun internasional, seperti Pendanaan Riset Inovatif Produktif (selanjutnya disebut Pendanaan RISPRO), Program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (Insinas), Hibah TKN (Trade Knowledge Network), APEC (Asia Pasific Economic Cooperation), EADN (East Asia Development Network), UB (United Board), dan MOFA (Ministry of Foreign Affairs Taiwan).
Tiga pembicara yang bisa disebut sebagai tiga srikandi, yang dalam tokoh pewayangan adalah tiga wanita yang memiliki kedigdayaan ilmu yaitu Dr Rr MI Retno Susilorini ST MT, Dr Y Trihoni Nalesti Dewi SH MHum dan Dr A Ika Rahutami SE MSi.
Dalam pesan sambutannya, Kepala LPPM Unika Soegijapranata Dr Berta Bekti Retnawati MSi mengemukakan harapannya dengan tampilnya tiga Srikandi Unika ini, yang membagikan pengalamannya tentang strategi dalam pengajuan proposal penelitian supaya para dosen Unika lainnya dapat mengikuti jejak mereka.
“Para pembicara adalah representasi di Unika terkait penelitian. Saat ini kita membuka acara baru yaitu dengan berbagi pengalaman. Hal lainnya, kesempatan ini menjadi satu cara dan pemantik bagi para dosen lain untuk bisa menjadi berkat bagi siapa pun,” jelas Dr Berta.
Kemudian Berta juga menyampaikan bahwa topik bahasan workshop adalah fokus pada penelitian di luar DRPM, dan harapannya para dosen lain bisa menyusul, sedangkan para pembicara bisa menjadi mentor bagi para dosen yang berminat untuk terlibat penelitian, paparnya.
Berikut adalah wawancara dari tiga peneliti yang terangkum dalam suatu sesi wawancara, yang pertama adalah Dr Rr MI Retno Susilorini ST MT.
Dalam pernyataannya Dr Retno Susilorini mengemukakan bahwa dalam skema Insinas yang merupakan salah satu skema dari DPTI (Direktorat Pengembangan Teknologi Industri), proposal penelitian yang diajukan harus berupa penelitian yang akan menghasilkan teknologi, inovasi atau product.
“ Hal lain, peneliti juga dituntut harus memiliki track record HKI-nya bukan HKI buku atau Hak Cipta, yang dihitung oleh mereka adalah Paten yang sudah granted. Tetapi tidak ada salahnya mencoba, karena saya lihat peluangnya tahun ini sangat besar,” ucap Retno.
Kemudian dijelaskan pula bahwa dalam Insinas kita bersaing bebas dengan para peneliti yang berasal dari lembaga-lembaga non perguruan tinggi. Maka perlu diketahui tentang proses seleksi hibah Insinas, yaitu yang pertama, ada beberapa proses tahapan yang harus dilalui, mulai lolos administrasi, selanjutnya masuk desk evaluasi, berikutnya paparan, dan yang terakhir visitasi.
Yang kedua, mitranya benar-benar harus siap, karena mitra tidak sekedar surat tetapi mitra nantinya akan dipanggil, dikunjungi dan seterusnya. Dan yang terpenting mempersiapkannya diharapkan bisa dua tahun sebelumnya, termasuk kemitraannya juga harus sudah dijalin, ucapnya.
Terhadap peluang hibah Insinas di Unika, Retno kembali menyampaikan bahwa teman-teman dosen yang bisa menghasilkan product, bisa berupa software, aplikasi-aplikasi gadget dari Sistem Informasi atau Ilmu Komputer. Kemudian bisa juga dari Teknik Elektro, Teknik Sipil, Teknologi Pangan bahkan mungkin Kedokteran. Jadi yang diminta adalah product dan bukan hanya model saja, karena skimnya memang memintanya seperti itu, tutupnya.
Sedang pembicara kedua yaitu Dr Y Trihoni Nalesti Dewi SH MHum memaparkan tentang strategi untuk mendapatkan peluang pada hibah RISPRO.
“Saya dalam kesempatan ini sebenarnya hanya ingin mengingatkan teman-teman saja, karena teman-teman di unika hampir semua sudah memiliki kompeten. Dan saya hanya mengingatkan saja bahwa ada beberapa hal yang bisa kita kerjakan, dan kompetensi kita itu sebenarnya ada yang mewadahi,” jelasnya.
Saya hanya sharing kepada teman-teman tentang bagaimana menangkap tawaran funding dari luar sana, kemudian kita coba tangkap itu, selanjutnya apa yang ada dalam diri kita, kita pertemukan dengan tawaran itu.
Sebenarnya apa yang saya lakukan dalam penelitian kemarin itu lebih pada mengumpulkan dari berbagai kompetensi teman-teman. Kita kumpulkan karena mungkin mereka belum sempat atau tidak ada waktu, kemudian kita kumpulkan, terus kita satukan dalam satu ide dan ide itu menjadi suatu proposal, terang Trihoni.
Dan dengan pembicara ketiga yaitu Dr A Ika Rahutami SE MSi, beliau beberapa kali menerima hibah luar negeri seperti misalnya East Asia Development Network, Trade Knowledge Network, United Board, sampai yang terakhir ini yatu dari Taiwan atau MOFA.
“Jika kita bicara strategi, pertama kita harus tahu karakteristik masing-masing pemberi dana, karena para pemberi dana ini memiliki karakteristik dan interest ilmu yang berbeda-beda. Kemudian yang kedua adalah tidak boleh keluar dari outline yang mereka minta. Berikutnya yang ketiga komposisi tim itu menjadi sangat penting, karena para pemberi dana ini selalu berpikir apakah uang yang akan saya kirimkan akan mampu digunakan untuk menyelesaikan programnya atau tidak,” papar Ika.
Namun kadang ada pada hibah-hibah tertentu seperti APEC yang diperhatikan adalah pusat studi yang mengirim. Jadi tidak hanya sekedar kepakaran tetapi juga melihat dari track record dari pusat studi yang dikirim. Mengingat itu maka ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu penguatan pusat studi dan pemilihan pusat studi untuk memasukkan proposal-proposal, itu menjadi penting. Dan yang kedua adalah pengembangan secara individu, tutupnya. (fas)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi