Unika Soegijapranata dalam rangka memasuki masa Pra Paskah tahun 2021, pada hari Rabu (17/2) telah menyelenggarakan Misa Rabu Abu yang menjadi tanda bahwa kita memasuki masa puasa, masa tobat yang lasim kita sebut sebagai masa Pra Paskah.
Misa Rabu Abu dilaksanakan secara online, dan diikuti oleh para dosen, tenaga kependidikan (tendik), dan para mahasiswa melalui ruang virtual zoom.
Sementara di Ruang Hijau gedung Mikael lantai 3, tampak hadir pejabat Rektorat Unika Soegijapranata dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Dalam Misa Rabu Abu yang dipimpin oleh Pastor Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr menyampaikan pesannya melalui homili dalam misa tersebut, supaya kita bisa menyambut masa puasa dengan penuh gembira.
“Ada optimisme yang dibangun dalam diri kita sebagai orang Katolik ketika memasuki masa puasa. Puasa tidak dihayati dengan bermuram durja, tetapi dengan gembira,” jelas Romo Budi.
Seperti dalam bacaan pertama yang dikutip dari kitab nabi Yoel, yaitu ‘Koyakanlah hatimu dan bukan pakaianmu’, yang dimaksud adalah hati kita yang semakin berserah kepada Allah, dengan hati yang remuk redam bukan karena orang lain tetapi karena hati kita yang remuk, lemah, ringkih, dan berdosa.
Pikiran kita yang semestinya memikirkan yang baik-baik dan selaras dengan kehendak Allah, terlambat atau bahkan lupa dan tidak pernah kita lakukan. Maka pada awal masa Pra Paskah kita diminta untuk sadar, dan simbolismenya dengan pemberian abu di kepala kita, karena dari kepala itulah pikiran kita dimulai, lanjutnya.
Dalam kepala kita terdapat dalam bahasa Jawanya ‘utek’ (otak) dan jika orang sudah mulai penuh sesak pikirannya lalu wajahnya menjadi ‘buthek’ (muram atau keruh).
“Dengan diberi abu yang ditaburkan di kepala, dan banyak perubahan di masa pandemi covid-19 maka Unika jika mengalami perubahan-perubahan seperti kuliah online, dan juga kebijakan-kebijakan virtual, ini tidak menyalahi apa pun, tetapi beradaptasi secara bijaksana sebagai bagian dari upaya kita menghasilkan buah-buah pertobatan,” tuturnya.
Gereja juga mengalami perubahan paradigma yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, bahwa abu diberikan tanpa kata-kata. Demikian pula Unika dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam rangka pandemi covid-19, yang mungkin terasa berat dan seakan-akan membebani para dosen dan tendik dengan protokol kesehatan, seperti masuk kampus harus cek dan lapor ke security.
Jadi apa yang kita lakukan sebenarnya adalah bukan sebagai beban, melainkan sebagai upaya untuk menyelamatkan, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, dan hal ini adalah bagian pula dari pertobatan.
“Itu adalah bentuk pertobatan sederhana kita di tingkat kampus Unika Soegijapranata. Dan dengan cara itu kita bersama-sama memasuki masa prapaskah ini dengan penuh rasa syukur. Pikiran kita dibersihkan lagi dari segala prasangka, kekhawatiran, ketakutan dan kecemasan,” kata Romo Budi.
Harapannya, hidup kita akan menjadi tanda rahmat dan berkat dimanapun kita berada terutama di lingkungan Unika Soegijapranata, pungkasnya.(FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi