Pada Rabu (10/6) Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Unika Soegijapranata bekerja sama dengan NUNI (Nationwide University Network in Indonesia) telah mengadakan IT Online Seminar Phase # 1, dengan beberapa topik yang dipaparkan oleh beberapa narasumber yang berlatar belakang akademisi yaitu oleh dosen Unika Soegijapranata YB Dwi Setianto ST MCs CCNA, maupun praktisi yang dalam seminar online ini akan menghadirkan dua orang senior IT dari PT BCA yaitu Yoga Hariman SKom MM dan Jefri Setifanus SKom CCNA.
Seperti yang disampaikan oleh Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Pengembangan Unika Soegijapranata Benny Danang Setianto SH LLM MIL, yang dalam organisasi NUNI beliau juga menjabat sebagai Sekretaris NUNI.
“Kegiatan yang kita selenggarakan ini merupakan hasil kerjasama antara Unika Soegijapranata dengan jajaring NUNI yang sudah dilakukan hampir tujuh tahun yang lalu. Di dalam NUNI sendiri terdapat 21 perguruan tinggi yang tergabung dan mendeklarasikan diri. Dan didalamnya ada 8 perguruan tinggi negeri (PTN), dan 13 perguruan tinggi swasta (PTS), yang merupakan terobosan saat itu karena PTN dan PTS dapat berjejaring dan berkolaborasi bersama di dalam NUNI,” ucap Benny.
Ada tiga hal yang disepakati dalam NUNI saat itu untuk dikolaborasi atau dikerjasamakan, yaitu faculty mobility, student mobility dan research collaboration, lanjutnya.
“Sedangkan kegiatan seminar online ini memang realisasi gagasan yang muncul pada saat NUNI mengadakan acara halal bihalal online beberapa waktu lalu, untuk mengatasi masa pandemi covid-19 dengan kegiatan online yang bisa dilakukan bersama, maka muncullah gagasan untuk mengadakan kegiatan bersama secara online,” jelas Benny.
Salah satu narasumber yang juga dosen program studi Teknik Informatika Unika Soegijapranata, YB Dwi Setianto ST MCs CCNA dalam paparan materinya di seminar online ini menjelaskan tentang “Medical Device Centered Security Protocol in Telemidecine System.”
“Sebetulnya penelitian ini dilakukan sebelum ada pandemi covid-19, namun menjadi semakin menguat urgensinya tatkala kita dihadapkan pada kondisi pandemi,” ungkap Dwi Setianto pada awal presentasinya.
Medical Device Centered dimaksud bukan pada pengamanan datanya tetapi lebih pada pengamanan alat-alat medis atau kesehatan. Jadi tidak pada data medis yang dikirimkan tetapi lebih kepada manajemen alat kesehatan, lanjutnya.
Dan dalam masa revolusi industri 4.0 ada tiga bidang yang terdampak dalam industri alat-alat kesehatan yaitu digitalisasi pelayanan kesehatan, bagaimana kita memberi servis dan meningkatkan engagement atau kepastian, dan diagnostic artinya bagaimana dokter bisa lebih tegak diagnosanya dengan sistem IT di industri 4.0.
Hal lain, yang menjadi persoalan adalah bahwa di Indonesia setiap alat kesehatan itu harus diperiksa oleh otoritas yang namanya BPFK (Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan) di bawah kementerian kesehatan, sehingga kita tidak dengan mudah menggunakan alat kesehatan sebagai dasar diagnosa.
Kemudian alat kesehatan itu secara medis harus terikat dengan fasilitas alat kesehatan yang dimiliki oleh puskesmas atau rumah sakit. Dan berikutnya, alat kesehatan mestinya bisa dilihat oleh petugas kesehatan.
Tiga hal tersebut adalah yang harus dipenuhi oleh alat kesehatan itu, sehingga menjadi masalah ketika kita mengimplementasikan telemidecine. Maka dalam riset ini kita menggagas solusi protokol yang baru, yang nantinya dengan telemidecine ini akan menghubungkan alat kesehatan itu dengan BPFK yang antara lain terkait masa berlaku kalibrasi alat kesehatan tersebut maupun hal-hal lainnya seperti validity information dari alat kesehatan rumah sakit atau puskesmas dengan BPFK.(FAS)
Serah Terima Jabatan Ormawa FHK SCU
Fakultas Hukum dan Komunikasi (FHK) Soegijapranata Catholic University (SCU) melaksanakan Serah