Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) mengadakan acara “Diskusi Penanaman Bakau” pada hari Rabu (22/6) bertempat di ruang Rapat LPPM Gedung Mikael lantai 4. Acara diskusi menghadirkan narasumber Jeannie Lesman, Ph.D.(pembimbing mahasiswa Marine Science and Biology Faculty dari Eckerd College, Florida, Amerika Serikat); Zoe Shribman, Aiden Browne, Anna-Sophie Hoppe dan Erica Wirth (mahasiswa Marine Science and Biology faculty dari Eckerd College); Oely Sidabalok (PMLP).
Diungkapkan para mahasiswa yang pada kunjungannya pertama kali ke Semarang sangat terkejut saat mengetahui kondisi pasar tradisional di Semarang. Ketika mereka diajak untuk berkeliling Pasar Jatingaleh mereka menemukan fenomena menggunungnya sampah yang belum pernah mereka temui di negara asal mereka, Amerika Serikat. Selain diajak ke pasar tradisional, para mahasiswa mancanegara ini juga diajak berkeliling Kota Semarang dan salah satunya hutan bakau yang terletak di tepi Kota Semarang tepatnya di Dusun Kali Tapak, Kecamatan Tugu.
Di Dusun Kali Tapak, para mahasiswa melakukan penelitian dengan melakukan interview dengan para petani bakau dan nelayan tambak sekitar Dusun Kali Tapak. Para mahasiswa sangat kagum dengan suasana dusun dan mereka memuji para nelayan yang mereka interview telah sadar mengenai adanya perubahan iklim dan meningginya permukaan air laut. Ada momen yang cukup menarik ketika para mahasiswa ini ditanya tentang imajinasi mereka mengenai tempat yang mereka kunjungi dan mereka mempunyai beragam jawaban, salah satunya ada yang membayangkan bahwa Semarang adalah sebuah desa kecil akan tetapi setibanya di Semarang persepsi mereka berubah dan mereka pun mengakui keragaman budaya di Indonesia khususnya Kota Semarang. Bahkan, rata-rata dari mereka menyukai nasi dan sangat rindu nasi ketika mereka kembali ke Amerika Serikat.
Gerakan Keadilan Lingkungan Dusun Kali Tapak
Dosen PMLP Unika yang mendampingi tim mahasiswa Eckerd College, Hotmauli Sidabalok,SH., CH., Hum memaparkan hasil lawatan terbaru bersama dengan mahasiswa Eckerd College mengenai keadaan Dusun Kali Tapak. “Dusun Kali Tapak menjadi sebuah ironi di Kota Semarang yaitu suatu dusun yang sudah tercemar menjadi daya tarik tersendiri bagi destinasi wisata dan menimba ilmu melalui penelitian lapangan. Problem ketidakadilan lingkungan di Indonesia sudah terjadi sejak tahun 1974 dan hal itu terjadi di Kali Tapak,” ungkap Hotmauli atau sering disapa Oely.
Terjadinya kerusakan tambak menyebabkan penurunan kualitas air sungai dan juga terdapat banyak sampah plastik yang mengapung. Diungkapkan pula, dahulu panen ikan dapat menghasilkan 20 kg ikan / hari dan waktu sekarang ini hanya menghasilkan 2 kg ikan/ hari.
Untuk mempetahankan hidupnya, masyarakat Kali Tapak maelakukan beberapa gerakan yang bertujuan untuk menciptakan keadilan lingkungan antara lain dengan gerakan menanam bakau yang hasilnya dengan penanaman 1000 bibit bakau diperoleh hasil panen ikan 100 kg. Selain itu, bakau juga digunakan untuk menetralisir pencemaran air, serta memposisikan Dusun Kali Tapak sebagai Hutan Bakau Kota Semarang
“Diprediksi apabila proyek reklamasi terus dilanjutkan, dalam rentang waktu 3 tahun lagi tidak ada hutan mangrove di Semarang. Untuk itu, para nelayan tambak menyarankan agar pemerintah membeli kembali hasil panen mereka untuk mengurangi sistem bagi hasil antara nelayan dan perusahaan seperti yang berlaku saat ini,” tandas Oely. (cal)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi