Dalam refleksi karya hari kedua Unika Soegijapranata, diwujudkan dalam bentuk seminar dengan menghadirkan narasumber Ir., H., Agus Subagiyo, M.Si selaku Wakil Bupati Wonosobo yang menjelaskan tentang potret Kabupaten Wonosobo saat ini dan harapan dimasa yang akan datang, serta menghadirkan pula narasumber dari rohaniwan yaitu Romo Alexius Dwi Aryanto, Pr sebagai Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan agung Semarang dan Ketua Yayasan Sosial Soegijapranata.
Dalam seminar ini Romo Alexius Dwi Aryanto, Pr menjelaskan mengenai tema Refleksi Karya 2017 “Peduli; Aktif; dan Bermakna” dan partisipasi gereja dalam membangun masyarakat. Seminar yang dimoderatori oleh Ferdinandus Hindiarto, S.Psi., M.Si ini diadakan di Ruang Pertemuan Hotel Kresna, Wonosobo pada Sabtu (25/2). Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Wonosobo dan Unika Soegijapranata merupakan kerjasama pertama kali yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo dengan pihak perguruan tinggi.
Ir., H ., Agus Subagiyo, M.Si, yang berasal dari Ngawi, Jawa Timur adalah merupakan Wakil Bupati yang meniti karier dari bawah dan menjabat sebagai Wakil Bupati Wonosobo sejak tahun 2016. Dalam materinya, Wakil Bupati ini menjelaskan,”Kita dalam hidup harus membutuhkan orang lain termasuk kami Kabupaten Wonosobo membutuhkan peran ibu bapak dari Unika Soegijapranata. Setelah dilantik menjadi Wakil Bupati Wonosobo pada 9 Februari 2016, saya dibekali 17 pekerjaan rumah antara lain : kabupaten termiskin se- Jawa Tengah, pendidikan terendah dengan rata-rata masa pendidikan masyarakat 6 tahun 11 bulan, zona bencana merah (daerah dengan titik potensi bencana paling banyak), banyak pernikahan dini di bawah umur 17 tahun, dan indeks tingkat perceraian tertinggi se- Jawa Tengah. Untuk itu, demi mengatasi berbagai persoalan tersebut saya hampir tidak pernah tidur karena bekerja sampai pagi hari. Saya sendiri memiliki program RADAK JJS ( Rapat Mendadak Jilok-Jilok Silaturahim) artinya saya biasa mengadakan SIDAK (Inspeksi Mendadak) di beberapa instansi atau wilayah desa di kabupaten Wonosobo. Menurut saya, saat ini yang tengah digalakkan adalah new public management, dimana dalam konsep ini semakin tinggi jabatan yang digenggam, berarti merupakan pelayan bagi pejabat yang berada di bawahnya. Jadi kalau semisal Wakil Bupati ya pelayannya rakyat. Kalau Rektor berarti pelayan dosen dan karyawan semua. Sehingga saat ini, kalau semisal ada rakyat yang mengundang untuk menghadiri suatu rapat, ya saya langsung datang. Sejatinya, rakyat Wonosobo dari segi materi tergolong kaya, hanya saja saya akui kami miskin di bidang pendidikan dan kesehatan. Masalah kami lainnya yaitu sanitasi dengan rata-rata yang memiliki jamban hanya sekitar 60% sedangkan orang kaya yang memiliki jamban hanya 70 %. Untuk mengatasi masalah ini, kita telah bekerjasama dengan Negara Australia untuk pengadaan 3000 septic tank dan pengadaan teknologi tepat guna agar septic tank lebih murah. Untuk mengatasi masalah pengangguran, kami juga telah bekerjasama dengan Korea Selatan untuk membuka Pabrik Garmen yang mampu menyerap 3000 pegawai” tutur Ir., H ., Agus Subagiyo, M.Si.
Dalam sesi lain, Romo Alexius Dwi Aryanto, Pr juga menjelaskan,”Kita banyak belajar dari Mgr Albertus Soegijapranata sebagai pelindung kita, dan juga apa yang dibuat oleh gereja itu sebetulnya terinspirasi banyak hal dari Mgr Soegijapranata. Ungkapan Mgr Soegijapranata adalah sangat khas yaitu ‘100% Katolik 100% Indonesia’. Jadi kalau jadi orang Katolik ya menjadi orang Katolik sungguhan sekaligus sebagai orang Indonesia 100%, itu artinya pengabdiannya kepada masyarakat juga harus ditampakkan. Tonggak sejarah dimana gereja peduli kepada kehidupan pada masyarakat secara konkrit yaitu mulai dari ajaran sosial gereja. Gereja tidak hanya memikirkan umatnya sendiri melainkan juga memikirkan masyarakat pada umumnya. Demikian juga Unika Soegijapranata yang bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat Wonosobo untuk ikut serta membangun masyarakat Wonosobo yang sejahtera dan bermartabat,” papar Romo Dwi Aryanto.
Pada sesi jeda acara Tari Catur Topeng turut mengisi acara menyuguhkan tarian yang melambangkan nafsu dari manusia sehingga apabila manusia hendak menghadap Sang Hyang Widhi (Tuhan), topeng harus dilepas. Tidak hanya itu, dalam kegiatan refleksi karya ini, dosen dan karyawan Unika Soegijapranata juga dihibur dengan pertunjukkan tarian yang dibawakan oleh anak-anak yang berumur 7-8 tahun yang berasal dari Sekolah Dena Upakara yaitu Sekolah bagi penderita Tunarungu yang berlokasi di Wonosobo.(Cal)
Sidang Awal SMU dan BEMU SCU Berjalan Sukses
Senat Mahasiswa Universitas (SMU) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU)