Seminar pangan lokal dengan tema “Explorasi dan Pengembangan Pangan Fungsional Berbasis Pangan Lokal” diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Katolik Soegijapranata di bawah Badan Eksekutif Mahasiswa FTP. Acara dilaksanakan di ruang Theater, Gedung Thomas Aquinas lantai 3 pada hari Sabtu (21/5).
Dalam acara seminar ini, hadir 3 pembicara yaitu Dr. Ir. Ch. Retnaningsih MP sebagai dosen FTP Unika yang pernah melakukan penelitian mengenai potensi kacang koro; Tri Barokah sebagai ketua UKM Damar Sindoro Sumbing, Temanggung; dan Teguh Heri Purwanto, ST sebagai CEO PT. Negeri Singkong, Solo.
Tujuan diadakannya Seminar ini adalah dalam rangka memperingati hari koro dan memperkenalkan kacang koro kepada masyarakat dan terutama mahasiswa Unika.
Acara dimulai dengan pementasan tarian tradisional oleh UKM tari tradisional Unika yang dilanjutkan dengan pemberian sambutan oleh Ketua Panitia Seminar Ichlasia Ainul dan Wakil Dekan III FTP Unika Dea N. Hendryanti S. TP.
Acara yang dimoderatori oleh Ibu Elizabeth Ivone Fernandez Ssi. Msc ini, pada awal seminar memberi kesempatan CEO PT. Negeri Singkong, Teguh Heri Purwanto untuk memaparkan mengenai keprihatinan Negara Indonesia yang melakukan impor singkong dari Negara Brazil, sedangkan di Negara Brazil singkong dapat diolah menjadi bioetanol berbasis bahan bakar. Produk dari singkong sebenarnya dapat diolah menjadi diantaranya : tepung tapioka, tepung mokaf dan bioetanol.
Tepung mokaf sebagai salah satu produk singkong yang biasa disebut chip mokaf adalah tepung dengan bahan dasar singkong yang dimodifikasi dengan proses fermentasi dan hampir memiliki kesamaan dengan tepung terigu dan dapat menjadi bahan substitusi tepung terigu.
Tepung mokaf sendiri memiliki banyak kegunaan antara lain untuk membuat kue kering maupun basah. Tepung mokaf juga bebas dari kandungan glutten, sangat baik untuk anak autis. Tepung mokaf juga mengandung serat tinggi serta memiliki harga yang cukup terjangkau.
Diungkapkan oleh Teguh bahwa Indonesia adalah salah satu importir gandum terbesar sebanyak 10 juta ton/tahun, dan sayangnya banyak masyarakat Indonesia yang senang dan bangga makan roti, hal ini sama saja dengan mendukung impor tepung terigu.
“PT. Negeri Singkong memiliki beberapa sentra singkong yang membudidayakan tanaman singkong dari jenis singkong gajah yang memiliki rasa yang lezat untuk dibuat menjadi kue; dan singkong daplang dan kasesang yang diolah menjadi produk setengah jadi seperti di tempat lain di daerah Sumatra bagian selatan yaitu Jambi, Bangka dan Belitung, Bengkulu, Lampung dan beberapa daerah lain seperti Kalimantan Tengah, Kota Batang, Kota Sragen” ucap Teguh.
“Masalah yang dialami oleh rata-rata petani singkong sendiri pada pemberdayaan masyarakat. Banyak dari petani yang tidak mengerti alur pasar dari bahan singkong setelah dipanen. Tepung mokaf yang berasal dari singkong segar yang mengalami proses pengupasan , pencucian, perajangan, fermentasi, penggaraman, pengeringan, juga digunakan untuk industri mie, dan industri sosis, salah satunya merk So Nice yang sedang mengembangkan karakteristik produk sosis yang lebih kasar dengan campuran mokaf 600 ton/tahun, demikian pula industri kacang atom salah satu contohnya merk Kacang Atom Pillus” tambah Teguh.
Kandungan dan Potensi Kacang Koro
Lebih lanjut Dr. Ir. Ch. Retnaningsih atau yang biasa dipanggil Bu Nik, mengungkapkan keprihatinan terhadap bahan pangan lokal yang mulai mengalami kepunahan seperti pada kelompok Amorphallus yaitu suweg dan gembili.
Pada seminar ini, Bu Nik juga membahas mengenai potensi dari kacang koro yang memiliki kandungan gizi yang berimbang dimana koro memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang lebih tinggi dan rendah lemak. Koro juga dapat digunakan untuk menyuburkan tanah dan dapat dipakai sebagai pagar tanaman lain, jika bagian tubuh predator menyentuh tanaman kacang koro akan membuat tubuh predator gatal. Selain itu dalam bidang kesehatan, koro mengandung polifenol yang dapat menghambat transport glukosa yang dapat menghambat glikemi (indikator penghambatan Diabetes Mellitus); membantu pelepasan insulin; mengandung L-dopa untuk mencegah penyakit parkinson.
Namun dalam pengolahannya, kacang koro harus dihilangkan kandungan asam sianidanya yang bersifat racun dengan fermentasi.
“Tanaman Koro ada beberapa beberapa jenis dan memiliki kegunaan masing-masing seperti koro gude yang dapat menggantikan kedelai hitam dalam industri pembuatan kecap; koro benguk dan koro pedang yang dapat digunakan dalam industri pembuatan tempe” jelas Bu Nik.
Tri Barokah sebagai ketua UKM Damar Sindoro Sumbing, Temanggung juga mengungkapkan, “Komoditas koro pedang dapat menjadi 100% bahan pengganti kedelai hanya saja permasalahan muncul di citarasa karena rasa koro pedang belum familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Dan untuk menghilangkan sifat racunnya, maka dalam pengolahannya koro pedang difermentasi dengan melalui proses perendaman minimal 12 jam dan direbus minimal 30 menit terhitung sejak air mendidih” tuturnya.
“Komoditas koro pedang dapat digunakan untuk industri pembuatan susu dengan proses yang sama dengan pembuatan susu kedelai. Selain itu, koro pedang juga dapat digunakan dalam industri pembuatan abon sapi dengan kandungan 50-70%, pembuatan kue citak maupun bakpia yang biasa dibuat dari kacang hijau dapat digantikan oleh kacang koro” pungkasnya. (cal)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi