Indonesia yang kondisi geografisnya memiliki lebih dari 17 ribu pulau, dan terletak diantara dua samudra serta beriklim tropis, memberikan keuntungan tersendiri bagi kekayaan sumber daya alam di Indonesia.
Indonesia yang memiliki biodiversitas sumber daya alam yang sangat tinggi, unik dan endemik maka sering disebut juga sebagai negara megabiodiversitas. Namun di sisi lain lain, masih banyak sumber daya alam di Indonesia yang belum dieksplorasi dan dimanfaatkan secara bijak.
Menyikapi hal tersebut, maka Program Doktor Ilmu Lingkungan (PDIL) Unika Soegijapranata pada hari Jumat (4/12) melalui webinar mata kuliah Ilmu Lingkungan dan Kepemimpinan Lingkungan, mencoba memotret kondisi pengelolaan sumber daya alam, khususnya terjadinya konflik kepentingan antara masyarakat sedulur sikep Pati dan Rembang Jateng dengan korporasi semen.
Dalam webinar yang berlangsung hampir tiga jam tersebut, hadir sebagai pembicara yaitu mas Gunretno yang merupakan Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Kendeng, dan Romo Aloysius Budi Purnomo Pr sebagai Mahasiswa PDIL Unika yang sedang melaksanakan penelitian disertasi di masyarakat Sudulur Sikep Pati.
Adapun tema yang dibahas adalah “Konflik Kepentingan Lingkungan dari Perspektif Masyarakat dan Riset Akademis”.
Sebagai Ketua Program Studi PDIL Unika, Prof Dr Andreas Lako SE MSi menjelaskan perihal peran PDIL dalam mencari solusi ilmiah atas timbulnya konflik kepentingan lingkungan. “Diharapkan dari sejumlah seri webinar yang diselenggarakan akan diperoleh suatu kesimpulan dan solusi ilmiah tentang resolusi akademik meminimalisir konflik-konflik kepentingan lingkungan,” terangnya.
Dan perbedaan kepentingan itulah yang menyebabkan terjadi konflik-konflik kepentingan yang tidak berkesudahan. Pemerintah seringkali kebingungan menghadapi dan menyelesaikan konflik tersebut karena masing-masing pihak berusaha memenangkan kepentingannya dengan caranya masing-masing.
Oleh karena itu kehadiran mas Gunretno dalam webinar ini, setidaknya cukup memberikan informasi dan wacana tentang apa yang sedang diperjuangkan oleh masyarakat Sedulur Sikep Pati dan Rembang.
“Bagi kami, kelestarian lingkungan adalah harga mati,” ujar Mas Gunretno dalam paparannya.
Saat ini masyarakat memang terbelah dua kelompok. Ada yang mendukung kehadiran korporasi karena pertimbangan kepentingan-kepentingan ekonomi pragmatis. Sementara itu, ada kelompok masyarakat lain yang menolak keras kehadiran korporasi yang akan mengalih fungsikan fungsi-fungsi lingkungan dan mengeruk sumberdaya alam untuk kepentingan profit korporasi.
“Kami berjuang mati-matian mempertahankan lingkungan, karena kehidupan kami dan anak cucu kami sangat tergantung pada sumberdaya pertanian dan perkebunan, serta daya dukung alam, “ tegasnya.
Sejak tahun 2007 hingga saat ini, Mas Gunretno bersama masyarakatnya terus berjuang menolak kehadiran pabrik semen di wilayah itu. Ia berbagi cerita tentang makna lingkungan bagi kehidupan mereka dan perjuangan mereka melawan kapitalisasi pegunungan Kendeng.
Dalam webinar ini, mas Gun mendapat banyak pertanyaan kritis dari para mahasiswa PDIL Unika, namun bisa dijawabnya secara baik. Para mahasiswa dan dosen PDIL tampaknya banyak mendapat wawasan baru tentang ilmu lingkungan dan kepemimpinan lingkungan dalam tataran praktis dari mas Gun.
Rencananya, dalam webinar-webinar selanjutnya, PDIL Unika Soegijapranata akan melanjutkan diskusi dengan topik yang sama dengan menghadirkan para narasumber dari pimpinan pabrik semen dan pimpinan daerah pada level provinsi dan kabupaten, serta pakar-pakar lingkungan yang kompeten, tutup Prof Andreas Lako. (FAS)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi