“Saya rasa kunjungan ini bermakna penting karena jika dua campus ministry bertemu pasti membicarakan hal-hal yang baik,” pernyataan ini diucapkan Prof Budi Widianarko ketika menyambut kedatangan Campus Ministry Unika Widya Mandala (UWM) Surabaya yang terdiri dari satu romo, satu karyawan, dan 5 mahasiswa, pada hari Kamis (30/7).
Lebih lanjut ia juga berharap bahwa dengan kunjungan ini, baik Unika Soegijapranata maupun Widya Mandala semakin meneguhkan langkah untuk menjadi universitas katolik sesuai harapan. “Harapan yang saya maksud tentu saja agar kita menjadi institusi pembawa kabar baik. Baik bagi masyarakat di sekitarnya, dan terlebih bagi mahasiswanya sendiri,” imbuhnya.
Menanggapi sambutan dan harapan Prof Budi, pimpinan campus ministry UWM Surabaya, Rm. Yohanes Rudianada, Pr mengungkapkan bahwa tujuan kunjungan ini ialah untuk saling belajar dan berbagi pengalaman pengelolaan campus ministry. “Campus ministry di UWM itu baru jalan 6 tahun ini. Untuk itu kami merasa perlu belajar dari berbagai universitas, dan tahun ini gilirannya Unika Soegijapranata yang ilmunya kami serap,” tutur imam diosesan Keuskupan Surabaya ini.
Campus ministry yang di Unika Soegijapranata disebut pula UPT Reksa Pastoral Kampus (RPK) merupakan unit pelayanan kampus yang dibentuk untuk melayani pembinaan kebutuhan dan pengembangan rohani di Universitas baik dosen, karyawan dan mahasiswa.
Mengejawantahkan Semangat Soegijapranata
Selain pembinaan rohani, ketua campus ministry Unika Soegijapranata, Rm. Yohanes Gunawan, Pr menjelaskan bahwa unit ini berperan pula dalam mengaktualisasikan semangat patron universitas yang terletak di Bendan Dhuwur ini, yaitu Mgr. Soegijapranata. Untuk itu, dalam kesempatan ini, dihadirkan pula ketua The Soegijapranata Institute (TSI), Theodorus Sudimin.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini kemudian menceritakan bahwa pemilihan nama universitas ini bermakna dalam. “Pemilihan tokoh Soegijapranata ini bisa dibilang spesial, karena para pendiri memilihnya bukan karena beliau seorang uskup, tetapi karena Soegijapranata adalah pahlawan nasional,” tutur dosen yang sehari-hari disapa Theo ini.
“Yang menarik lagi adalah pengangkatan beliau sebagai pahlawan nasional terbilang cukup cepat. Pada tanggal 22 Juli 1963 Mgr. Soegijapranata dinyatakan meninggal dunia di Belanda, empat hari kemudian pada tanggal 26 Juli 1963 presiden Soekarno mengangkatnya sebagai pahlawan nasional. Padahal jenazahnya baru sampai di Indonesia pada 28 Juli 1963,” imbuhnya, “Hal itu mensiratkan makna bahwa Soegijapranata sungguh berperan besar bagi bangsa Indonesia.”
Kunjungan yang dilakukan sejak pukul 10.00 ini kemudian ditutup dengan ziarah ke makam Mgr. Albertus Soegijapranata di Taman Makam Pahlawan (TMP) Giri Tunggal, Semarang. (teo)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi