“Mengembangkan inovasi, memupuk kreativitas, beradaptasi dan peduli terhadap lingkungan, serta selalu menumbuhkan semangat pelayanan yang penuh sukacita kepada para mahasiswa dan masyarakat” ungkap Ketua Dies Natalis ke-40 Unika Soegijapranata, Dr Kristiana Haryanti MSi Psikolog.
Kamis (28/7), Unika Soegijapranata mengadakan kenduri bersama masyarakat sekitar yakni para warga Bendan Dhuwur pada di Selasar Gedung Thomas Aquinas. Kenduri ini merupakan bagian dari perjalanan usia Unika Soegijapranata yang akan genap menginjak usia 40 tahun. Adapun tema yang diangkat ialah “Hidup Damai dalam Keberagaman”. Melalui kenduri ini, harapannya dapat menjalin keakraban dengan warga sekitar kampus Unika Soegijapranata dan meningkatkan komunikasi lintas agama sebagai bentuk perwujudan nilai toleransi keberagamaan.
Oleh karena itu, acara yang dikemas seperti sarasehan ini menghadirkan dua pembicara yaitu Dr. KH. Iman Fadhilah, SHi MSi (Founder Rumah Pergerakan Al-Fadhilah, Khodimul Majelis Al-Fadhilah) dan Rm. Dr. Aloysius Budi Purnomo, Pr (Pendamping Campus Ministry, Unika Soegijapranata).
Keberagaman menjadi poin penting dalam tema yang diusung. Sebenarnya Unika Soegijapranata terinspirasi oleh salah satu pendamping religi kampus yaitu Rm. Aloysius Budi Purnomo, Pr. Yang di mana, dalam hidupnya selalu berkiprah untuk terus menekankan para umatnya menjadi orang-orang yang Pancasilais. Mengingat adanya ideologi Pancasila Sila ke-1: “Ketuhanan yang Maha Esa”, sehingga Ia berharap kepada umatnya untuk bisa menyatu dengan agama lainnya.
Dengan adanya acara kenduri yang mempertemukan beragam latar belakang, terkhusus agama. Kristiana Haryanti menegaskan bahwa sejatinya perbedaan atau keberagaman itu indah. Jadi meskipun Unika Soegijapranata adalah salah satu perguruan tinggi Katolik, ia menyatakan kalau universitas ini juga menerima dari lintas agama mana pun.
“Kebhinekaan itu ada dalam kampus ini. Maka sesuatu yang berbeda-beda (baik ras maupun agama) itu sebenarnya indah untuk kami. Sehingga istilahnya ini adalah keberagaman itu karunia. Jadi kenyamanan teman-teman Katolik (ketika berdinamika dengan teman-teman agama lainnya) yang kuliah di sini adalah penting bagi kami dan patut dihargai” tuturnya.
“Menurut saya, ini adalah sesuatu yang patut kita hargai lalu kita tularkan pada generasi muda khususnya agar supaya melihat sisi keberagaman itu bukan untuk menjadi berpisah, tetapi keberagaman itu bisa saling mengkuatkan” tambahnya.
Acara ini yang berlangsung pada malam hari, kehangatan dan keakraban begitu terasa ketika KH. Iman Fadhilah dan Rm. Aloysius Budi Purnomo saling memberikan pesan betapa pentingnya membangun dan menjalin persaudaraan antar sesama manusia.
Iman Fadhilah meninggalkan pesan untuk terus berbuat baik kepada siapapun tanpa terkecuali, termasuk kepada orang yang tidak berbuat baik kepada kita. Sementara itu, Rm. Aloysius Budi Purnomo menyampaikan bahwa hidup bersama sebagai dasar dalam mewujudkan persaudaraan insane, tidak pertama-tama untuk menemukan pokok-pokok yang sama, tetapi kesediaan untuk mau menerima dan menghargai perbedaan dalam keyakinan dan ajaran agama.
“Maka dengan adanya sarasehan ini kita semakin terbuka, tidak usah melihat perbedaan itu. Tapi bagaimana caranya kita bisa saling mendukung sesama untuk meningkatkan rasa humanity kita dan saling memberi pelayanan dan hormat kepada sesama manusia” harap Dr. Dra Ekawati Marhaenny Dukut MHum selaku koordinator acara kenduri. (Dim)