Unika Soegijapranata sebagai salah satu perguruan tinggi swasta yang terlahir dari jantung gereja, bukan berarti hanya menerima mahasiswa yang beragama Katolik saja. Maka contoh kongkret yang dilakukan adalah pada kegiatan Pembekalan Terpadu Mahasiswa Baru (PTMB) dengan mendatangkan para pemuka agama yang ada di Indonesia.
Melalui kedatangan dari beberapa pemuka agama, nantinya mahasiswa baru akan diberi kesempatan untuk beribadah menurut kepercayaan masing-masing selain itu mereka juga mendapat materi keberagaman dari setiap pemuka agama.
Dr. Siswanto S.Psi., M.Si. selaku Ketua Panitia PTMB 2022 mengutarakan bahwa tujuan mendatangkan beberapa pemuka agama adalah menolong dan meyakinkan mahasiswa baru untuk memahami bahwa di Unika Soegijapranata perbedaan agama sudah bukan menjadi masalah.
“Dengan mengangkat nilai-nilai agama yang universal. Dan terus mengagungkan atau mengutamakan tentang kemanusiaan, keadilan, kejujuran dan cinta kasih. Jadi bukan label agamanya tetapi spiritualitas agama tersebut yang kita angkat untuk menjadi roh bersama,” tegasnya.
Adapun beberapa pemuka agama yang diundang adalah Pandita Eko Pujianto – Hindu, Biksu Agga Dhammo Warto – Buddha, Pendeta Sediyoko – Kristen, Gus Tedi Koliludin – Islam, dan Romo Pras – Katolik.
“Dan ini tokoh-tokoh agama yang memang sangat mendukung tentang keberagaman, jadi betul-betul memahami kondisi Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Jadi sejak awal kami memang mengusung bahwa Unika Soegijapranata menghargai keberagaman. Maka mahasiswa ini kita bentuk untuk memiliki jiwa, semangat nasionalis dari manapun latar belakangnya,” ungkapnya.
Disisi lain Unika Soegijapranata sebagai wadah untuk belajar dan saksi perjalanan hidup salah seorang perempuan lulusan Psikologi Unika Soegijapranata yang menyatakan bahwa toleransi yang begitu hangat ia dapatkan selama belajar di Kampus Katolik tersebut. Ia adalah Dea Rizkita, seorang lulusan Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata dan merupakan Putri Indonesia Perdamaian 2017.
Sebagai Alumni Unika Soegijapranata, Dea membagikan pengalamanannya kepada teman-teman mahasiswa baru pada PTMB 2022. Dea membagikan bagaimana setiap momen di Unika Soegijapranata merupakan sebuah anugerah yang harus dimanfaatkan untuk bisa berkembang melalui dosen-dosen dan kegiatan yang ada di Unika Soegijapranata.
“Mungkin teman-teman akan ‘eneg’ ya sama yang namanya toleransi, tapi percayalah kita bisa belajar toleransi ketika kita menjadi minoritas. Omong kosong ketika orang jadi mayoritas dan dia bilang menerapkan toleransi. Di Unika Soegijapranata sendiri namanya aja Universitas Katolik dan teman-teman bisa tahu saya dari penampilan saya yang kini berhijab. Di Unika Soegijapranata hal yang paling aku pelajari adalah toleransi, karena di kampus ini aku jadi minoritas. Saat bulan puasa kantin Thomas Aquinas (TA) buka dan teman-teman saya tidak puasa. Tapi aku belajar banyak hal, teman-teman saya mencoba berpuasa. Kemudian teman-teman Katolik ikut Sahur On The Road dan isinya adalah teman-teman saya yang bernama Ignatius, Yohanes, bukan Muhammad bahkan mereka juga mencoba ikut berpuasa.” terang Dea dalam kesempatan menjadi pembicara di PTMB 2022.
Melalui ceritanya, Dea Rizkita berusaha menjelaskan bagaimana pengalamannya semasa berkuliah di Unika Soegijapranata yang penuh keragaman ini. Meskipun ia minoritas di kampus katolik ini, namun teman-temannya yang mayoritas juga selalu hadir untuk menghargai dan menjunjung toleransi keberagaman. Seperti turut belajar berpuasa bersama Dea, mengikuti Sahur On The Road, dan sebagainya.
Selain itu, ia bahkan menemukan banyak sekali toleransi selama belajar di Unika Soegijapranata. Dea mengaku bahwa Unika Soegijapranata menjadi tempat belajar yang menyenangkan bahkan ia mendapatkan kesempatan untuk belajar banyak hal bagaimana hidup bertoleransi di lingukan Unika Soegijapranata.
Bahkan Dea juga menekankan bagaimana nilai-nilai KKVPT (Kritis, Kreatif, Visioner, Peduli dan Tangguh) menjadi nilai penting yang ia dapatkan selama belajar di Unika Soegijapranata. Nilai KKVPT yang digaungkan sejak menjadi peserta ATGW (Arising the Grateful Winner) hingga kini menjadi pedoman dalam hidup Dea Rizkita. Baginya, nilai KKVPT merupakan modal untuk bertumbuh menjadi seseorang, bukan lagi persoalan kepintaran. (Kris)