“Learning is not attained by chance, it must be sought for with ardor and attended to with diligence” (Abigail Adams). Itulah yang terjadi pada lima warga akademik FEB Universitas Katolik Soegijapranata yang mendapat kesempatan untuk menikmati pergulatan keilmuan di Taichung Taiwan di tahun 2019 ini.
Berawal dari Maria Catharina laras Dessyanawaty – yang acap dipanggil dengan Laras dan Calista Nadia Irawan – yang biasa disebut dengan Nadia. Mereka berdua adalah mahasiswa S1-S2 Manajemen– program akselerasi untuk bagi mahasiswa S1 untuk secara lebih cepat dan langsung menempuh program magistranya.Ketika Laras dan Nadia mendengar mengenai program Triple Degree, maka dengan berbagai pertimbangan dari dosen dan orang tuanya mereka berangkat untuk mengikuti serangkaian tes.
Alhasil, mereka berdua terpilih untuk berangkat untuk merasakan 3 suasana akademik yang berbeda. Laras berkata, “Tidak mudah memang, menyesuaikan tiga budaya dan suasana akademik yang berbeda. Namun kami berdua yakin, bekal yang diberikan selama di FEB cukup menempa kami”. Nadia pun menguatkan: “Betul, secara akademik kami tidak mengalami terlalu banyak masalah. Bahkan boleh dibilang kami jauh lebih analitik dibanding mahasiswa-mahasiswa lain. Kuliah di FEB waktu itu membuat kami menjadi lebih logis dan sistematis”.
Tiga universitas yang menjadi tempat belajar laras dan Nadia adalah Providence University sebagai induk dari semua kegiatan, kemudian CETYS Universidad di Mexico pada bulan Januari sampai dengan April 2019, dan pada September sampai dengan Desember nanti mereka akan ke University of Applied Science of Upper Austria.
Mengikuti jejak Laras dan Nadia, pada bulan Maret 2019 kemarin, dua mahasiswa MAKSI Universitas Katolik Soegijapranata; Hendy Agustinus dan Lukas Aland Prajetno, juga mengambil program doble degree antara MAKSI dan Providence University. Aland dan Hendy mengikuti tes dan wawancara dari Dr. Martin Kao, dan berhasil lolos untuk mengikuti program satu semester di Global MBA Providence University. Aland dan Hendy sepakat, bahwa program ini memberikan banyak nilai tambah bagi mereka. Mereka menjadi lebih berani berkompetisi dan memiliki kepercayaan diri yang kuat.
Warga akademik ketiga yang pada bulan Februari 2019 berangkat ke Taichung adalah Dr. Angelina Ika Rahutami. Ika berhasil lolos seleksi MOFA Taiwan Fellowship bersama 7 fellows dari Indonesia lain untuk menjadi visiting researcher di Economics Department, Social Science College, Tunghai University.
Program ini ditawarkan dan didanai oleh Kementerian Luar Negeri Republic of China bagi peneliti yang akan melakukan riset unggulan pada universitas atau institusi akademik di Taiwan. Penelitian yang dilakukan kali ini adalah mengenai “Effect of openness and economic growth on poverty alleviation: lesson learnt from Taiwan and Indonesia to achieve SDGs Goal. Ika mengatakan bahwa banyak hal menarik yang diperoleh, mengingat Taiwan adalah negara dengan perekonomian terbuka yang kecil (akibat dari politik) sedangkan Indonesia adalah negara perekonomian terbuka yang besar. Kondisi kemiskinan pun juga sangat berbeda, karena di Taiwan kemiskinan rendah namun kesenjangan tinggi, sedangkan di Indonesia baik kemiskinan dan kesenjangan tinggi.Ke lima warga akademik FEB Universitas Katolik Soegijapranata ini mencoba menunjukkan, bahwa jangan pernah takut untuk mencoba, dan ketika kita memutuskan untuk berhenti “belajar”, maka berhenti jugalah kehidupan kita. (-air-)