Ruang-Rabu PMLP (Program Magister Lingkungan dan Perkotaan) Unika Soegijapranata kembali menyajikan diskusi menarik. Diskusi yang dibungkus dalam bentuk seminar ini bertajuk “Mewujudkan Pengelolaan Pesisir Kota Semarang Berbasis Lingkungan Hidup dan Masyarakat”. “Latarbelakang diskusi ini adalah karena kita tahu Kota Semarang memiliki wilayah pesisir yang cukup luas namun tak luput dari masalah,” tutur Hotmauli Sidabalok, sekretaris PMLP.
Apabila ditarik garis lurus, panjang garis pantai Kota Semarang adalah sekitar 13,6 km. Namun jika diukur menggunakan metode garis panjang yang sebenarnya, Kota Semarang memiliki pantai sepanjang 36,60 km. Data ini mengalami peningkatan dari yang sebelumnya, yakni 22,71 km. Perubahan geomorfologis (garis pantai) itu diiringi dengan adanya perubahan luasan kawasan pesisir akibat terjadinya abrasi maupun akresi.
Tak mau tinggal diam, sebuah komunitas nirlaba yang menyebut diri Perkumpulan Pemuda Peduli Lingkungan atau Prenjak, mencoba beraksi. Saat ini komunitas ini sudah menanam ratusan mangrove, terutama di daerah Dukuh Tapak, Tuguharjo, Tugu, Semarang. Tidak hanya itu, komunitas yang sudah ada sejak tahun 2001 tersebut juga akan menyiapkan program pembuatan Alat Penahan Ombak (APO) untuk mencegah terjadinya pengikisan pantai atau yang lebih dikenal dengan abrasi.
“Untuk APO, kita akan bekerjasama dengan organisasi kemanusian Mercy Corps, pembudidaya bandeng dan pengembangan Mangrove Education Center, ” ucap Ketua Prenjak, Muhammad Arifin ketika diwawancarai Kronik seusai seminar.
Reklamasi sebagai Tantangan Baru
Seiring dengan arus industrialisasi dan modernisasi yang begitu kuat, komunitas ini mendapat tantangan baru. Bukan terhadap komunitas Prenjak saja, tantangan ini sebenarnya dihadapi oleh warga Kota Semarang. Tantangan ini menyangkut adanya reklamasi kawasan pesisir. Reklamasi dilakukan dengan tujuan pembangunan kawasan industri dan pariwisata.
“Soal reklamasi ini, kami menganggap Pemkot Semarang itu plin-plan. Dulu mengajak menanami mangrove, tetapi sekarang malah melakukan reklamasi yang malah semakin merusak lingkungan,” tutur Arifin.
Menanggapi hal ini perwakilan pejabat Pemkot yang hadir dalam diskusi ini, Dra. Hj. Ayu Entys, M.M, menuturkan bahwa Pemkot sebenarnya sudah mengalokasikan anggaran untuk penyelamatan wilayah pesisir. “Khusus masalah reklamasi, saat ini masih dibahas. Jadi belum ada keputusan,” ungkap Asisten II Administrasi Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kota Semarang ini.
Sedangkan Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Agung Budi Margono mengungkapkan,”Saya berlatar belakang pendidikan jurusan sipil, maka sebenarnya saya secara pribadi juga mendorong Pemkot untuk menanggapi masalah lingkungan hidup ini secara serius. Bahkan sebagai wakil ketua DPRD saya meminta dinas terkait untuk menaikkan anggaran belanjanya, terutama untuk pembebasan lahan pesisir.”
Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini juga mengatakan bahwa dengan memiliki lahan pesisir ini, Pemerintah Kota dapat leluasa membangun alat penahan ombak maupun menanami mangrove guna mencegah kerusakan lingkungan maupun banjir rob.
Napak Tilas ‘Tapak’
Sedangkan rektor Unika yang juga dosen PMLP mengajak peserta untuk berefleksi dari kasus Kali Tapak pada tahun 1970an. Beliau mengatakan,”Warga sekitar Kali Tapak pada waktu itu melakukan gerakan lingkungan yang luar biasa. Bahkan bisa dikatakan merupakan gerakan lingkungan pertama di Indonesia.”
Gerakan ini ternyata juga didengar dunia internasional karena itulah kali pertama kehadiran perusahaan Jepang ditolak.
“Sejak saat itu, pemerintah Jepang merubah pola pikir pembuatan regulasi pembuatan pabrik. Awalnya Jepang menerapkan standar yang tinggi untuk keselamatan lingkungan hanya di dalam negeri saja. Namun saat ini, standar ini diterapkan juga untuk perusahaan Jepang yang berlokasi di luar negeri,” tutur Budi Widianarko.
“Untuk itu, saya menganjurkan dan berharap, kalaupun kelak mangrove di wilayah Tapak tidak ada lagi, tolong dibangun sebuah monumen,” imbuh dosen yang mengajar juga di salah satu universitas negeri di Semarang ini. (teo)
DKV SCU Bicara Strategi Komunikasi Visual, Tekankan Pendekatan Etika dalam Proses Kreatif
Menggandeng PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE Express), Program Studi