Teknik Sipil Unika Soegijapranata telah mengadakan diskusi bulanan semenjak tahun 2012. Jumat (30/09) diskusi bulanan membahas mengenai “Pentingnya Sertifikasi Kompetensi di Dunia Jasa Konstruksi”. Pembicara pada diskusi bulanan ini ialah Betty Hariyani, S.T, M.H, pimpinan tempat uji kompetensi ASPEKNAS Jawa Tengah, dan dipandu oleh Ir Widija Suseno, M.T. koordinator forum diskusi teknik sipil Unika Soegijapranata sekaligus moderator pada diskusi ini.
Aspeknas Jawa Tengah merupakan Asosiasi Pelaksana Konstruksi Nasional atau tempat uji sertifikasi bagi para pemohon yang disebut dengan Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK) yang berada di Sumurboto, Semarang. ASPEKNAS Jawa Tengah ini juga meliputi Aspekindo, Gataki, dan Petakindo. (1) Aspekindo merupakan lembaga sertifikasi yang mensertifikasi SKK dengan jabatan kerja sipil. (2) Gataki: manajemen pelaksanaan, manajemen konstruksi dan proyek, ahli K3, (3) Petakindo yang skemanya merupakan mekanik alat berat.
Betty Hariyani mengungkapkan pentingnya sertifikasi Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK) menjadi pegangan mahasiswa Teknik Sipil yang mana kedepannya mereka merupakan calon-calon ahli tenaga ahli di bidang teknik sipil yang akan bekerja dibidang konstruksi. SKK merupakan legalisasi selain ijazah, sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang merupakan kompetensinya seorang ahli. Misalnya: calon tenaga kerja A, ia ingin mensertifikasi bahwa dia benar teknik jembatan, dengan adanya SKK, maka ia diakui dan diletigimasinya benar-benar sah. Karena kedepannya, tenaga asing akan masuk dan kita akan bersaing dengan mereka.
Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK) sendiri memiliki standarisasi uji kompetensi dan sertifikat yang dikeluarkan ini telah disamakan dan diakui secara Internasional. “SKK di sini tidak hanya untuk ahli, tetapi untuk yang lulusan D3 ke bawah harus memiliki SKK dengan jenjang yang berbeda. Harapan saya, teman-teman bisa memiliki SKK dan teman-teman bisa bekerja di bidang pemerintahan, kementerian dan dapat bekerja di perusahaan asing saat memegang Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK),” terang Betty Hariyani.
Widija Suseno, menerangkan bahwa diskusi ini juga mengundang beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi lain dan turut mengundang beberapa mitra seperti, Nusaboard, Jati Kencana Beton dan Nusa Raya Cipta.
“Gagasan diskusi ini membahas mengenai SKK konstruksi dan diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan SKK. Konstruksi SKK dipakai untuk bekerja dan perusahaan juga sering membutuhkan syarat seperti memiliki SKK yang sesuai dengan kompetensinya,” ungkap Widija Suseno.
“Diskusi ini diikuti oleh beberapa dosen serta asisten dosen, harapannya diskusi ini bisa memberikan wawasan yang lebih luas bagi civitas akademika, supaya semua civitas yang bergerak dalam bidang keinsinyuran bisa memiliki SKK yang sudah diberlakukan oleh pemerintah,” lanjut Widija Suseno. [Humas Unika Soegijapranata/Kris]