Tahukah kamu bahwa 10 Oktober merupakan peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia (World Mental Health Day)? Wah berbicara mengenai kesehatan mental sepertinya sudah tidak asing ya. Kali ini kita akan membahas Kesehatan Mental bersama dengan salah satu dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata yang juga merupakan Psikolog, yakni Kuriake Kharismawan S.Psi., M. Si, Psikolog.
“Mengenai kesehatan mental berarti kita berbicara mengenai kesehatan jiwa. Seperti fisik yang perlu sehat karena banyak hal dan banyak macam seperti; jantung, diabetes, stroke itu hal yang berat. Kalau yang ringan seperti batuk, flu, dan sariawan. Penyakit kejiwaan juga seperti itu ada banyak macam dan penyebabnya kompleks. Bahkan kejadian yang sama bisa menimbulkan gangguan yang berbeda karena banyak faktor yang mempengaruhi,” tutur Kuriake.
WHO (World Health Organization) memaparkan “kesehatan jiwa” adalah ketika seseorang dapat bahagia dan sehat, serta mampu menghadapi tantangan yang ada dalam hidupnya dan dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya dengan sikap positif, baik terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan Jiwa ini juga sudah menyita perhatian banyak masyarakat, khususnya mereka yang sudah mengenal dunia media sosial kini lebih mudah mengakses informasi seputar gejala dan permasalahan yang dialami lewat informasi-informasi yang dibagikan oleh orang yang mengalami gejala tersebut. “Kalau berbicara kesehatan jiwa, masyarakat sudah mulai sadar dan isu ini sudah diakomodasi oleh masyarakat, mereka sudah mengetahui Psikologi yang berkaitan dengan kesehatan jiwa. Salah satu yang menarik mengenai kesehatan jiwa adalah terkait bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini. Faktor yang terjadi saat mereka bunuh diri ini merasakan kehilangan harapan hidup, kehilangan sukacita, kehilangan kegembiraan sehingga merasa bahwa kematian merupakan lebih baik dibanding menjalani hidup, meskipun yang bunuh diri itu tidak hanya semata gangguan depresi tetapi ada gangguan lain,” terang Ake.
Selain itu,di tengah kondisi banjir informasi terkait kesehatan mental, ada baiknya mahasiswa khususnya saat mengalami kecenderungan yang sama saat melihat informasi di media sosial. Tidak hanya berhenti untuk mendiagnosis diri sendiri saja, tetapi saat mengalami beberapa gejala yang ada dalam informasi tersebut dan hal itu mengganggu kegiatan sebaiknya segera mendatangi professional. Informasi yang banyak ini kiranya dapat menjadikan mahasiswa untuk melakukan refleksi untuk lebih peduli sehingga tidak hanya self diagnose semata.
“Self diagnose misalnya saat menyadari dia batuk dan dia segera datang ke klinik dan itu kan baik saat menduga-duga sakit apa dan kemudian datang ke klinik. Pada titik seperti itu baik saat menyadari loh kok saya sedih terus dan pikiranku ingin bunuh diri terus dan kok aku depresi dan mereka menyadari untuk datang ke professional. Sehingga teman-teman bisa memanfaatkan informasi yang didapatkan dari media sosial dan menjadi refleksi kondisiku seperti apa dan jika ada masalah aku harus datang ke professional untuk menjadi lebih baik,” terang Ake.
“Di kampus kita memiliki layanan Student Care menjadi layanan mahasiswa. Jika mahasiswa menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak seharusnya dalam kejiwaan mereka. Misalnya semangat, cerianya berlebihan dari biasanya atau sedihnya berlebihan dari biasanya, atau kemudian sangat cemas dan sulit berkonsentrasi dan teman-teman boleh datang ke gedung Mikael lantai 4 layanan konseling mahasiswa,” lanjut Ake.
Selain itu, untuk menjaga kesehatan jiwa khususnya bagi mahasiswa Unika Soegijapranata perlu untuk mengelola pikiran untuk tetap positif sehingga tidak terjebak dalam pikiran yang negatif terlalu lama. Kuriake juga menanggapi bagaimana bahwa pentingnya menjaga pikiran dengan baik, karena jiwa dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, apa yang dimakan dan apa yang dilakukan.
“Agar teman-teman bisa sehat harus menjaga pikiran untuk tetap positif. Ada banyak hal yang sedih dalam hidup kita, ada banyak di sekitar yang tidak menarik dan tidak menyenangkan yang membuat kita berantakan kalau kita mengalokasikan banyak pikiran kita hal negatif pasti akan berdampak pada hormon negatif sehingga membuat emosi dan mood berantakan. Tetap mengakui ada beberapa hal yang tidak menyenangkan dalam hidup kita, tetapi lebih banyak mengarahkan pada hal-hal yang kita syukuri, hal yang indah, baik dan positif. Itu sudah menolong separuh sendiri membuat kita tetap sehat. Kedua yang perlu kita lakukan adalah bergerak, berolahraga karena gen kita adalah pemburu. Jika kita tidak bergerak dan diam saja itu akan berdampak pada hormon kita, ketiga asupan makanan akan berdampak pada kesehatan jiwa misalnya kecenderungan minum kopi yang cukup akan menghasilkan produksi dopamin yang memicu semangat tetapi jika berlebihan akan mengurangi kualitas tidur dan berdampak pada kesehatan jiwa, keempat mengenai interaksi sosial seperti komunitas, kelompok, sahabat, dan teman dapat membantu kita tetap sehat saat kita berkelompok dan bercerita mengenai hal apa saja,” tutup Ake.
Jadi, jangan lupa untuk terus menjaga pikiran positif, menjaga makanan yang seimbang, bergerak dan berolahraga serta mencari lingkungan sosial seperti kelompok untuk melakukan interaksi. Hal ini menjadi penting agar kita tetap sehat mental sehingga tidak merasakan kesendirian dan terpuruk.
Ayo himpun informasi kesehatan mental sebagai refleksi kita bersama! Bukan hanya berhenti pada self diagnose semata tetapi juga memberikan diri untuk sehat dan berkembang dengan berkonsultasi kepada professional yaaa.. [Humas Unika Soegijapranata/Kris]