Setiap tahun akademik baru, Unika Soegijapranata selalu rutin mengawali perkuliahan satu tahun dengan mengadakan Misa Ekaristi. Misa berlangsung secara luring pada Jumat (9/9) di Kapel St. Ignatius dengan selebran utama Romo Sebastius Prasetya, Pr.
Saat homili Kapel St. Ignatius dipenuhi suara tawa mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan Unika Soegijapranata. Sebab melalui homilinya, Romo Pras menceritakan pengalamannya yang pernah menyesatkan temannya untuk mengucapkan Bahasa Jawa yang sebenarnya tidak layak untuk diucapkan kepada orang.
Kemudian Romo Pras mengaku bahwa perbuatannya dulu adalah salah dan semestinya tidak boleh dilakukan kepada semua orang, termasuk seluruh civitas akademika Unika Soegijapranata.
“Bagi saya, salah satu wujud dosa yang terbesar adalah ketika menyesatkan orang lain. Kedua, dosa yang begitu berat bagi saya adalah mendiamkan. Maka apabila di situ ada dosa penyesatan, tetapi teman-teman tahu kalau itu sesat dan ditambah mendiamkan berarti Anda masuk dalam dosa tersebut. Oleh karena itu, teman-teman yang terkasih, dalam tahun ajaran baru ini sekiranya kita semua mencoba untuk supaya tidak menjadi orang-orang yang malah menyesatkan orang lain dengan keilmuan kita.” terangnya.
Menurut Romo Pras, terkadang banyak orang yang pintar namun keblinger. Dalam arti, orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk membodohi orang lain, maka itu penyesatan. “Maka apabila pintar tapi membuat orang lain bodoh dan berujung membuat orang tersebut jatuh dan terinjak-injak, itu percuma untuk menjadi orang pintar.”
Berangkat dari gagasan tersebut, Romo Pras mengajak para dosen untuk membimbing mahasiswa agar tidak tersesat dan kelak lulus dapat membagikan ilmu-ilmunya kepada sesama tanpa harus menyesatkan orang lain.
“Semoga tahun ajaran baru ini membuat kita bukan menjadi orang buta yang membimbing orang buta, bukankah jika begini kedua orang ini akan jatuh ke dalam lubang? Maka yang kini dapat kita lakukan adalah menjadi orang yang matanya terbuka dengan intelektual yang sudah kita dapatkan di Unika Soegijapranata. Sehingga kita bisa membantu orang-orang yang buta itu (mungkin yang sudah terjatuh di lubang), bisa kita angkat dan selamatkan mereka,” tuturnya.
“Dan semoga tahun ajaran ini para dosen bisa membantu para mahasiswa untuk membuka mata mahasiswa supaya tidak menjadi orang buta yang menuntun orang buta pada akhirnya ketika mahasiswa sudah lulus dari kampus ini,” harapnya. (Dim)