oleh : Ign. Dadut Setiadi, Anggota The Soegijapranata Institute Unika Soegijapranata
Sejak Maret tahun 2020 sampai saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi pandemi covid-19 ini. Berbagai aspek seperti ekonomi, sosial dan pendidikan serta budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdampak dengan pandemi covid 19 ini. Salah satu aspek yang sampai saat ini masih terdampak adalah dunia pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan jenjang pendidikan tinggi. Hampir seluruh institusi pendidikan melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar secara daring dengan harapan para siswa/mahasiswa dan guru/dosen mempunyai semangat untuk belajar dengan penuh kegembiraan dan kebahagian dalam menapaki kehidupan baru untuk berani berubah dalam proses pembelajaran yang lebih mandiri dan bertanggung jawab secara virtual atau daring. Seluruh elemen dari tingkat atas dalam hal ini para pengelola negara sampai masyarakat paling bawah menghadapi sebuah perubahan atau transformasi dalam kehidupan.
Dalam menghadapi era new normal ini, yang sangat diperlukan adalah semangat untuk berubah atau lebih dikenal dengan semangat untuk bertransformasi. Pertanyaan yang mendasar, apa itu transformasi? Kalau kita dalami makna tranformasi adalah suatu keberanian untuk berubah dan berbenah diri dan memiliki daya ubah baik bagi kelompoknya maupun bagi masyarakat. Tranformasi mengandung unsur pembauran diri atau adaptasi dalam suatu kondisi untuk menjadi semakin inovatif dan berdaya juang (Ingenuitas). Transformasi juga mengandung unsur mengubah lingkungan untuk menjadi lebih baik melalui keterlibatan dalam aneka macam aktivitas. Ketika individu atau sekelompok individu ingin bertransformasi maka dalam dirinya (diri mereka) harus dimunculkan semangat dan gairah terlebih dahulu sehingga akan mampu menginspirasi perubahan pada orang lain. Karena hakekat dari tranformasi tersebut bukanlah ajakan, panggilan dan tugas, tetapi hakekat jati diri masing masing insan yang hidup untuk terlibat aktif dalam menghidupi dan melaksanakan perubahan kehidupan. Transformasi harus menjadi gaya hidup dan dihidupi agar tetap terus berkelanjutan untuk memaknai perubahan perubahan yang terjadi baik pada diri sendiri dan orang lain serta lingkungan.
Maka transformasi saat ini menjadi sebuah kebudayaan baru atau habitus baru dikalangan masyarakat Indonesia salah satu perilaku yang bisa kita lihat seluruh kegiatan yang berbasis dengan pertemuan secara tatap muka (rapat, kuliah, reuni,dll) semua dilakukan dengan melalui virtual atau dalam jaringan (daring).
Habitus bertransformasi sekarang sudah menjadi sebuah gerakan kehidupan di seluruh budi, hati dan pikir serta tindakan masyarakat. Habitus baru bertransformasi telah menjadi kesadaran dan sikap yang tertanam dalam setiap individu. Pada masa tertentu kesadaran dan sikap tersebut menjadi persepsi, presentasi, dan tindakan seseorang. Habitus itu bersifat teratur dan berpola, namun bukan ketundukan kepada peraturan-peraturan tertentu, ini menjadikan sebuah sikap dan perilaku dalam mengaktualisasikan kemerdekaan hidup sebagai manusia yang terus berkreasi dan berinovasi.
Seorang pahlawan nasional bernama Mgr. Alb. Soegijapranata, SJ sebagai Uskup Semarang/pimpinan agama Katolik pernah mengemukakan tentang sebuah ajakan untuk melakukan kebiasaan/habitus dalam bertransformatif, sebagaimana dikutip dari buku “Saat-saat Terakhir bersama Mgr. Albertus Soegijapranata”, Romo J. Harsasusanta, Pr yang saat itu sebagai sekretaris pribadi menirukan beliau:“Tidak ada gunanya kalau kita hanya dari jauh dan dari luar mengetahui atau merasa mengetahui kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan dalam pemerintahan saja, lalu grundelan dan mengejek dari luar !. Kita harus masuk di dalamnya, ikut memberikan arah yang benar, ikut berjoang, menjadi saksi nyata tentang kebenaran, keadilan dan cinta kasih. Kalau kita ikut duduk di dalamnya, paling tidak orang-orang lain “rikuh” atau takut kalau mau “nggrenengi” kita.”
Semoga masyarakat semakin menghidupi dan memelihara gerakan tranformasi sebagai suatu habitus baru yang memberikan kesadaran akan pentingnya makna perubahan bagi diri sendiri dan sesama kepada tujuan kebaikan bersama.
►Majalah Berkat Katedral no. 109 edisi Juli-Agustus 2021