Dokter spesialis kulit dan kelamin dr Aprilia Karen Mandagie SpKK yang juga dosen Fakultas Kedokteran Unika Soegijapranata menyarankan kepada masyarakat agar sering mengganti masker yang dikenakan. Sebab, jika digunakan terus-menerus tanpa diganti, terkadang menyebabkan kerusakan pada kulit di area masker tersebut.
“Maksimal empat jam masker diganti saat dikenakan. Jangan sampai sehari penuh masker dipakai tanpa diganti. Banyak keluhan masyarakat ke saya, antara lain timbul jerawat di area masker itu,” katanya saat menjadi pembicara dalam Ngobrol Virtual dengan tema “Tetap Cantik dan Bugar pada saat Covid-19 Menghajar” yang diselenggarakan Suara Merdeka Network, Kamis (16/9). Narasumber lain, Lanni Riani Dewi, pemilik House of Susan, Novi Sanjaya (praktisi kecantikan dan mode), dan Dr Augustina Sulastri SPsi (psikolog Unika Soegijapranata).
Aprilia bersyukur kesadaran masyarakat untuk patuh terhadap protokol kesehatan Covid-19 ini tinggi, seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker. Karena itu, agar pemakai masker ini tetap cantik maka perlu membiasakan sering mengganti masker yang dikenakan. Selain efek penggunaan masker, Aprialia menyebut, banyak keluhan pasien yang datang padanya di masa pendemi ini, misalnya terlalu lama berjemur. Akibatnya, paparan sinar matahari yang berlebihan menimbulkan flek atau bercak hitam pada wajah.
“Banyak yang menganggap lebih lama berjemur akan meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan Covid-19. Berjemur memang baik, tetapi jangan terlalu lama. Maskimal pukul 09.00, sehingga sinar matahari tidak terlalu panas,” tuturnya.
Aprilia juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak terlalu percaya tentang informasi perawatan kulit melalui media sosial. Sebab, tidak bisa dipungkiri, berkembangnya internet ini banyak memunculkan para influencer yang menawarkan produk kecantikan. Padahal produk-produk kecantikan itu belum tentu cocok dengan kulit kita, atau belum tentu juga terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
“Menyikapi kondisi pandemi ini, kami tetap melayani konsultasi dalam jaringan atau online atau telemedicine. Dengan cara ini diharapkan masyarakat bisa menerima edukasi dengan dokter yang tepat, bukan influencer di media sosial,” tandasnya.
►Suara Merdeka 19 September 2021 hal. 12