Dr Ir B Sumardiyanto MSc, Dosen Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta &
Andreas Ryan Sanjaya SIKom MA, Dosen Ilmu Komunikasi Unika Soegijapranata Semarang
Medsos menjadi alternatif piranti sosial yang dapat digunakan untuk membangun gerakan sosial peduli cagar budaya. Melalui medsos berbagai isu dan latar belakang sejarah serta nilai-nilai penting di balik sebuah cagar budaya dapat disebar-luaskan dan didiskusikan ke masyarakat. Hal ini akan membantu proses edukasi masyarakat terkait cagar budaya.
AKHIR Agustus 2021 warga Pedukuhan Kretek, Kalurahan Jambidan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul digegerkan penemuan sebuah wajan raksasa yang diduga landasaan pompa air untuk irigasi kebun tebu di jaman Hindia Belanda. Sontak, sebelum akhirnya dipasang garis polisi, masyarakat berdatangan untuk melakukan swafoto bersama benda yang diduga cagar budaya tersebut.
Ada yang berdiri di depan, di belakang, di samping dan yang memprihatinkan, tidak kurang dari sembilan orang nyemplung di dalam wajan yang diameternya mencapai 2,5 meter (Brilio.net). Foto-foto mereka kemudian viral di dunia maya. Fenomena keterkaitan antara (objek yang diduga) cagar budaya dan perilaku masyarakat dalam bermedia sosial ini menarik, khususnya dilihat dari aspek edukasi cagar budaya.
Pelindungan Cagar Budaya
Undang-undang RI No.11/ 2010 tentang Cagar Budaya secara khusus mengatur peran masyarakat dalam pelestarian cagar budaya melalui upaya pelindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Upaya terkait dengan pelindungan meliputi penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan dan pemugaran. Adapun upaya pengembangan dapat dilakukan melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi. Sedangkan dari segi pemanfaatan dapat digunakan untuk kepentingan seperti agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan pariwisata.
Media sosial (medsos) di era digital sekarang ini mempunyai berbagai manfaat. Pertama, dilihat dari jangkauannya, media ini sangat luas dan mampu mengoneksikan masyarakat dari berbagai tempat, termasuk mereka yang ada di lokasi terpencil. Kedua, sejauh ada jaringan internet, semua orang dapat bermain medsos. Ketiga, melalui medsos orang dapat berdialog untuk meningkatkan atau memperluss pemahaman terhadap sebuah objek. Keempat, medsos dapat membangun berbagai komunitas atas dasar kesamaan minat. Kelima, melalui medsos orang bisa berbagi pendapat, gagasan, pertanyaan, opini dan bahkan pekerjaan. Keenam, melalui perjumpaan dalam medsos orang juga dapat meningkatkan kualitas penelitian dan yang terakhir, melalui medsos orang dapat menghimpun data secara lebih efisien.
Melihat manfaatnya yang beragam, medsos menjadi alternatif piranti sosial yang dapat digunakan untuk membangun gerakan sosial peduli cagar budaya. Melalui medsos berbagai isu dan latar belakang sejarah serta nilai-nilai penting di balik sebuah cagar budaya dapat disebarluaskan dan didiskusikan ke masyarakat. Hal ini akan membantu proses edukasi masyarakat terkait cagar budaya. Pada gilirannya akan meningkatkan penghargaan dan sikap terhadap cagar budaya.
Strategi
Tapi harus diakui, bahwa meskipun cagar budaya merupakan persoalan penting bagi masyarakat, namun isunya sangat sektoral. Sementara itu, medsos yang berkembang di masyarakat saat ini masih didominasi oleh hiburan-hiburan budaya yang bersifat populer. Di samping itu, konten-konten medsos yang ada kurang memerhatikan aspek keterlibatan publik. Untuk itu diperlukan strategi media sosial yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat.
Dalam menyusun strategi media sosial ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu tujuan, target ‘audiens’ dan platform. Tujuan perlu disusun dengan spesifik, misalnya sekadar membuat warga lebih terinformasi, atau mendorong perubahan perilaku, atau bahkan mendorong pemerintah ambil kebijakan tertentu. Target ‘audiens’ juga harus jelas, misalnya dilihat dari gender, usia, lokasi, dan tingkat pendidikan.
Terakhir, tapi sangat penting, adalah mengidentifikasi platform media sosial yang paling sering mereka gunakan. Facebook, misalnya, media yang sangat populer digunakan warga, tetapi belum tentu dia menjadi platform paling efektif untuk melakukan edukasi tentang cagar budaya. Pemilihan platfornt ini akan menentukan pesan seperti apa yang akan dibangun.
►Kedaulatan Rakyat 4 Oktober 2021 hal. 11