Sampah itu momok yang belum ditemukan solusi untuk mengatasi keberadaannya. Namun, dewasa ini masyarakat telah menemukan beberapa cara untuk menekan jumlah sampah yang ada di lingkungan sekitar. Soegijapranata Eco Life (SEL) juga menawarkan sebuah cara untuk menekan jumlah sampah yang kian hari kian banyak dengan mendaur ulang sampah plastik dan logam.
Setelah kerap memberikan arahan pendaurulangan sampah lewat seminar kepada masyarakat, kini SEL memberikan bukti nyata wujud pengolahan sampah dengan mengadakan Green Creativity Campus (GCC) yang berisi lomba daur ulang sampah, lomba foto, lomba menggambar dengan tema daur ulang, dan juga lomba selfie dengan logo GCC. GCC berlangsung di Unika Soegijapranata pada Kamis (10/9) lalu mulai pukul 13.00 hingga pukul 16.00.
‘’Saat ini banyak limbah logam dan plastik yang sulit untuk didaur ulang dan susah terurai. Nah, dengan acara GCC ini, kami ingin mengajak para peserta untuk sama-sama mencari solusi baiknya sampah plastik dan logam itu diapakan,’’ kata Robby Chaniago, ketua acara GCC.
Robby menjelaskan bahwa dua tahun sebelumnya SEL mengadakan seminar yang ditujukan untuk mengedukasi masyarakat khususnya mahasiswa dan pelajar di Kota Semarang tentang cara mengolah sampah. Namun dengan GCC, SEL mencoba memberikan contoh nyata dalam pengolahan sampah secara langsung.
Berkesan
Acara GCC ini memberikan kesan tersendiri bagi para peserta lomba. Selain dituntut untuk berpikir lebih tajam, mereka juga dituntut untuk mengedukasi lewat produk sampah mereka. Salah seorang peserta lomba menggambar yaitu Dionisius Agung menuangkan inspirasinya lewat gambar bertema ‘’save planet’’.
‘’Tema ini saya interpretasikan dengan gambar dua tangan: satu tangan manusia dan satunya tangan pohon. Tangan dari pohon ini mewakili keberadaan alam,’’ kata mahasiswa jurusan Ilmu Komputer Unika Soegijapranata Angkatan 2014 ini.
Dion juga mengatakan bahwa gambarnya mengandung sebuah pesan bahwa manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga alam dan tidak boleh merusak lingkungan. Ia juga mengaku senang dapat mengekspresikan diri lewat gambarnya kali ini.
Berbeda dengan Dion, Lukas Bryandito mengusung tema pendaur ulang pada gambarnya. Ia menggambar sesosok manusia yang sedang membuat alat daur ulang dan manusia itu tidak memiliki muka.
‘’Bagi saya seorang pendaur ulang itu jasanya sudah sangat tidak terhitung lagi. Kalau filosofi gambar saya ya seorang pendaur ulang tidak harus kelihatan mukanya tetapi hasil karyanya bisa dimanfaatkan oleh semua orang,’’ ungkapnya.
Dengan gambarnya, Lukas berharap akan semakin banyak orang yang mau mengurus keberadaan sampah dan ikut serta untuk menekan jumlah sampah agar tidak terus menumpuk tanpa adanya penanganan.
Nah, harapan yang diungkapkan oleh Lukas tadi senada dengan harapan dan visi dari SEL lewat acara GCC ini. SEL berharap masyarakat lebih teredukasi dan mau untuk mendaur ulang barang bekas.
‘’Saya kira masih banyak orang yang suka buang sampah sembarangan. Itu semakin lama akan semakin berbahaya. Dengan acara GCC dan kiprah SEL dalam menjaga lingkungan, kami berharap dapat mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih bijaksana menanggapi keberadaan sampah,’’ujar Robby. (62)
sumber : berita.suaramerdeka.com
Baca Kelanjutannya ……. Vespa dari Korek Bekas