Belasan ribu warga miskin (gakin) di Jawa Tengah hingga kini masih kesulitan memperoleh akses bantuan pembiayaan dari perbankan. Kondisi tersebut semakin menyulitkan mereka untuk keluar dari zona kemiskinan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan ada 13.000 masyarakat miskin yang belum ter-cover perbankan mana pun. Karena itu, pemerintah berupaya untuk menanggulangi kemiskinan melalui bantuan pembiayaan perbankan dengan suku bunga murah. “Per Februari lalu pemerintah sudah mengumpulkan data masyarakat miskin, nama dan alamat mereka. Dengan data tersebut, diharapkan bantuan bisa tepat sasaran,” katanya kemarin.
Salah satu upaya yang saat ini sedang dikejar yakni mendorong Bank Jateng sebagai bank pemerintah daerah untuk menurunkan suku bunga sampai 7%. Dengan bunga ringan, masyarakat yang selama ini tidak terjangkau bisa mendapatkan pinjaman untuk permodalan. “Bank Jateng sudah mengeluarkan produk Mitra 25, yang merupakan salah satu upaya kami untuk membantu permodalan masyarakat, khususnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM),” papar Ganjar.
Selain mendorong Bank Jateng untuk menurunkan suku bunga, pemerintah juga akan memberikan keterampilan dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat serta pendampingan. “Pendampingan sangat penting karena setelah mendapatkan keterampilan, tanpa didampingi akan sia-sia,” ucapnya. Menurut ekonom dari Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Andreas Lako, pembinaan terhadap pelaku usaha kecil menjadi salah satu dasar utama untuk mengurangi kemiskinan di Jateng.
Oleh karena itu, jika memang perbankan akan melakukan penurunan suku bunga harus diikuti oleh pembinaan dan juga pengawasan. “Diharapkan kredit bunga rendah tidak berhenti sampai di sini, tapi berkelanjutan,” ucapnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, persentase penduduk miskin di wilayah perkotaan di Jawa Tengah selama periode September 2015-Maret 2016 mengalami kenaikan sekitar 345.000 dari 1.789.570 orang pada September 2015 menjadi 1.824.080.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan jumlah penduduk miskin di perdesaan yang justru menunjukkan penurunan. Penduduk miskin di perdesaan berkurang 334.000 orang dari 2.716.210 orang pada September 2015 menjadi 2.682.81.000 orang pada Maret 2016. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Margo Yuwono menerangkan, jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai 4,507 juta orang (13,27%), naik sekitar 1.11.000 orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2015 yang tercatat sebesar 4,506 juta orang (13,32%).
“Meskipun secara absolut meningkat, namun secara persentase penduduk miskin turun yaitu sebesar 0,05%,” ujarnya. Garis kemiskinan di Jateng pada Maret 2016 Rp317.348 per kapita per bulan, meningkat 2,60% dibandingkan dengan September 2015 yang mencapai Rp309.314 per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan garis kemiskinan Maret 2016 senilai Rp315.269 per kapita per bulan atau naik 2,31% dari kondisi September 2015 Rp308.163 perkapitaperbulan.
“Sedangkan garis kemiskinan di perdesaan juga mengalami peningkatan sebesar 2,87% menjadi sebesar Rp319.188 per kapita per bulan dibandingkan dengan September 2015 yaitu sebesar Rp310.295perkapitaperbulan,” paparnya.
Tautan : http://www.koran-sindo.com