Indonesia memiliki sekitar 570 rumah adat yang tersebar di 17.000-an pulau. Artinya, kaya akan produk budaya. Produk budaya tersebut harus dikenalkan ke dunia melalui karya arsitektur nusantara. Arsitektur nusantara tidak hanya memenuhi unsur estetika rumah khas dari Indonesia.
Lebih dari itu, juga harus memperhatikan unsur iklim dan karakteristik kebencanaan di nusantara ini. Semua unsur yang mencakup semuanya, ada pada produk buatan mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata yang meraih juara pertama Kompetisi Cerlang Pusat Kebudayaan Nasional 2021.
Tim mahasiswa Unika yang terdiri tiga orang tersebut menang dalam kategori Reka Rupa Kreasi Arsitektur Nusantara dalam Animasi 3D yang diselenggarakan secara nasional. Tiga mahasiswa arsitektur Unika Soegijapranata tersebut yakni Gregorius K Adiprakoso, Daniel Jansen Harianto, dan Sia Steven Leroy.
“Kami mengikuti kompetisi itu dengan memilih judul Mulak-Pulang. Kami mencoba mengaplikasikan animasi 3D Arsitektur Nusantara, berupa penggambaran ulang dengan berbagai software. Antara lain berisi bentuk, tahapan, dan detail konstruksi bangunan dari daerah Toba,” kata ketua tim, Gregorius K Adiprakoso saat memberikan penjelasa kepada awak media secara virtual, Rabu (15/12/2021).
Dalam karya, tim menonjolkan kearifan lokal daerah Toba dengan detail-detail yang diperhatikan dengan baik. Gregorius amat mengenal arsitektur nusantara Toba karena sebelumnya pernah mengikuti program live-in (menginap) selama tujuh bulan di daerah tersebut.
“Kami menggambarkan penggunaan material, detail konstruksi rumah nusantara daerah Toba, yang dipadu dengan kehidupan masyarakat setempat serta situasi dan lingkungan sekitar yang tentunya sangat lekat dengan kultur dan budaya masyarakat Toba,” jelasnya.
Dosen senior arsitektur Unika, Ch Koesmartadi menuturkan, karya mahasiswa Unika bersaing sangat ketat dengan karya dari perguruan tinggi lain yang rata-rata berkualitas. Terutama karena keunikan dan kekhasan yang diusung masing-masing peserta.
“Dalam kompetisi ini, ternyata karya dari tim Unika Soegijapranata memenuhi semua persyaratan tahapan pembangunan rumah adat arsitektur nusantara. Mulai dari fondasi, tiang, dan atap. Baru kemudian dilakukan finishing di dalamnya, sehingga dalam proses itu tampak sekali pemaknaannya dan memenuhi semua kriteria,” papar Koesmartadi.
Dalam arsitektur nusantara, kata dia, memang ada roh-roh yang memaknai pada arsitektur yang umum hidup di Indonesia, jadi tidak hanya melulu gambar atau komputasi saja. Menurutnya, kekhasan dari arsitektur nusantara yang sangat dominan adalah pada iklim dan kebencanaan, terutama gempa.
“Sehingga, sejak nenek moyang, arsitektur yang dipergunakan adalah arsitektur yang bisa menyelaraskan dua syarat tersebut. Sebab jika berbicara komputasi pasti semua sama kekuatannya, tetapi jika berbicara arsitektur nusantara pasti ada muatan makna yang berbeda-beda dari masing-masing daerah. Tetapi harus juga memiliki dua syarat yang sama yaitu memenuhi syarat iklim dan gempa,” imbuhnya.
►https://jateng.tribunnews.com/2021/12/15/arsitektur-nusantara-rumah-toba-sentuhan-mahasiswa-unika-raih-juara-1-nasional?page=all.