Moda transportasi penyeberangan tradisional dengan menggunakan rakit bambu di Bengawan Solo yang menghubungan wilayah Sukoharjo dan Solo sudah eksis sejak berpuluh-puluh tahun. Dari generasi ke generasi pelayanan, alat transportasinya dan fasilitasnya tetap tak berubah. Seandainya dikelola dengan baik, aman, nyaman dan murah maka potensinya sangat menjanjikan. Pengamat Transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno menuturkan, rakit bambu tak hanya membantu masyarakat yang ingin mempersingkat jarak dan waktu mencapai dua lokasi. Pemerintah pun terbantu dengan sarana prasarana ini.
"Pemerintah tak perlu membangunkan jembatan di sana karena ada getek. Sepanjang Bengawan Solo dari hulu hingga hilir pasti moda transportasi tradisional seperti ini banyak, jadi cukup membantu. Nah, tidak mungkin dibangun jembatan penyeberangan, pasti biayanya mahal," terangnya.
Untuk merealisasikan hal itu, pemerintah pusat bisa mengajak pemerintah provinsi dan pemerintah kota untuk mengelola secara baik penyeberangan sungai ini. Mengingat moda ini menghubungan dua wilayah berbeda yakni Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo. Ia berharap, ada survei dan kajian yang ilmiah untuk melihat potensi penyeberangan Bengawan Solo.
"Karena menhubungkan dua wilayah maka Pemprov Jateng yang paling besar memiliki andil mengelolanya," katanya.
Intervensi Pemerintah
Secara teknis, Djoko menyampaikan, jangka pendek pengadaan dermaga bisa dibantu oleh pemerintah. Tetapi pengadaan alat penyeberangan bisa dikerjakan oleh sektor swasta. Sementara alat penyebarangan masih berupa perahu tradisional yang memiliki keselamatan yang lebih baik
"Dermaga bisa bantuan pemerintah. Kalau kapal harus buat lama dan sedikit mahal. Alat penyeberangan bisa meniru contoh perahu yang dipakai di Rawa Jombor, Klaten. Tapi bisa dibuat lebih bagus lagi dan berkeselamatan," tandasnya. Langkah lain yang bisa dilakukan pihak terkait adalah menentukan teknologi tepat guna untuk penyeberangan. "
Dapat dilombakan. Pasti nanti dapat design yang bagus," imbuhnya.
Mujiman, operator getek mengakui senang bila ada perhatian pemerintah dengan pekerjaannya. Selama ini bila ada kerusakan rakit dan dermaga, uang yang dikeluarkan dari hasil keringatnya.
"Senang saja, bila dibantu pemerintah. Apalagi dapat perahu baru," katanya.(*/SM)
Penyeberangan Sungai Bengawan Solo
-Hubungkan Dusun Jagang, Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo dengan Kampung Beton Sewu Jebres, Kota Solo.
– Alat transportasi berupa rakit bambu (getek)
– Mulai operasi sejak 1970-an
– Waktu beroperasi pukul 05.00-19.00
– Memangkas jarak 5-10 km, dan waktu 45-1
– Tarif perorang Rp 1.000
– Sepeda motor Rp 2.000
Potensi :
-Memudahkan akses warga ke dua wilayah
-Tak perlu membangun jembatan penyeberangan
-Ekonomi warga meningkat karena dilalui orang
-Potensi wisata bisa terangkat
-Pengembangan wilayah pinggiran kota dan sungai
Tautan : http://www.wartosolo.com