Ibarat bermain di taman yang penuh bunga dan pepohonan, merancang busana sekaligus menjalani bisnis di dunia retail fashion telah ditekuni dan dijalani Widya Andhika Aji dengan penuh kesabaran serta kesenangan.
Wanita yang akrab disapa Dhika ini merupakan sosok di balik Dhievine, brand busana wanita yang menggunakan batik dan tenun.
Ia mulai fokus dan melebarkan sayap pada 2012. Karena pada tahun inilah kali pertama Dhika memiliki workshop sekaligus mulai fokus merancang busana dari kebaya dan tenun. Sebelumnya, wanita lulusan Komunikasi Undip dan Psikologi Unika Soegijapranata Semarang tersebut, meluncurkan brand-nya pada 2008.
Ketika itu ia belum memiliki workshop dan belum fokus pada batik serta tenun, karena masih mengusung ciri khas busana vintage. “Waktu itu baru saja memulai bisnis. Masih meraba-raba, masih belum terlalu paham marketing dan sebagainya. Menjalaninya pun sambil kuliah.
Sempat nggak produktif, tapi saya nggak menyerah dan terus berjalan sambil belajar,” ujar wanita pecinta kucing ini. Sejak kali pertama meluncurkan Dhievine hingga sekarang, Dhika memasarkan produknya melalui budaya toko virtual (digital marketing).
Banyak Saingan
Alasannya? Supaya cakupan konsumennya luas, tidak terbatas di Kota Semarang. Malah dengan menjalani toko virtual, konsumennya justru jauh lebih banyak berasal dari luar yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Dan perlahan-lahan, tawaran dari berbagai digital market place mulai berdatangan.
Mulai dari Berrybenka (2012), Zalora (2013), 8wood (2013), Matahari Mall (2015), dan Qlapa (2016). Dhika juga aktif mengikuti ajang fashion show. Awalnya ia membuat acara yang diselenggarakan secara independen hingga berpartisipasi pada ajang Semarang Fashion Parade dan Semarang Fashion Festival.
Wanita yang gemar mengenakan busana batik kasual ini mengatakan, yang sulit atau menjadi tantangan besar dalam menjalani bisnis secara digital adalah semakin banyak yang melihat celah dari bisnis digital, alias saingan yang semakin menjamur.
Dhika mengatakan, memiliki passion yang besar saja tidak cukup, harus ada konsistensi apa pun yang terjadi. “Biar bisa bertahan, ya harus konsisten dan membangun jaringan. Dan yang nggak kalah penting, selalu bahagia dan bersyukur meski harus terseok-seok, karena kita menjalani pekerjaan dengan passion,” tandasnya.( 75)
Tautan : http://berita.suaramerdeka.com