Perilaku kleptomania atau klepto terkadang membuat resah orang di sekitarnya. Pasalnya, orang yang menderita klepto kerap mencuri atau mengutil barang yang bukan miliknya.
Psikolog Klinis sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Christin Wibhowo mengatakan bahwa klepto atau kleptomania termasuk dalam gangguan kepribadian, kebiasaan, dan impuls. Hal itu berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ).
“Jadi, klepto itu tidak sekadar gangguan di otak, tapi juga sudah masuk gangguan kebiasaan,” ujar Christin saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/8/2022).
Ia menambahkan, orang yang menderita klepto itu mengambil atau mencuri barang yang tidak dibutuhkannya, atau yang tidak menguntungkan bagi dia.
Tindakan itu muncul karena penderita mengalami kecemasan dan menjadi impulsif. Impulsif itu kemudian disalurkan atau dipuaskan dengan cara mengambil barang orang lain.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan jika kita atau orang terdekat mengidap kleptomania?
Christin mengungkapkan, apabila teman atau orang terdekat kita ada yang menderita klepto, maka orang di sekitarnya itu wajib melihat dan memperhatikan bagaimana perilaku dari pasien tersebut.
Bisa juga dengan menanyakan, apa yang menjadi persoalan atau permasalahan yang dihadapi oleh pasien itu. Penting untuk diperhatikan, jangan pernah menggampangkan suatu permasalahan.
“Jangan pernah seseorang itu menganggap masalah yang dia miliki itu enggak mutu. Misalnya, ibu punya masalah dengan anak atau suami, kemudian berkonflik, marah. Dia berpikiran bahwa tidak perlu marah untuk masalah yang enggak mutu, padahal di dalam hatinya itu masalah bagi sang ibu,” ujar Christin.
“Nah, kalau sudah gitu nanti keluarnya jadi masalah, jadi kecemasan dan bisa melakukan klepto,” imbuhnya.
Ia menegaskan, tugas penderita itu harus merampungkan permasalahan yang menjadi kunci kecemasan itu.
“Sebetulnya, semua masalah itu mutu, karena semua masuk ke dalam ketidaksadaran kita,” lanjut Christin.
Menurut dia, jika ada permasalahan dan memilih untuk dipendam saja pun bisa berpotensi menimbulkan perilaku klepto.
Jika ada suatu kesalahan atau permasalahan harus segera diselesaikan, kalau tidak bisa menyelesaikan sendiri, maka harus cari pihak yang kompeten, maka harus bicara empat mata dengan suami/anak.
Dan sebaiknya hindari untuk menulis status atau memposting permasalahan di media sosial, karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Saat masalah sudah terselesaikan, maka muncul perasaan senang, lega, dan nyaman. Dampaknya, perilaku klepto tidak akan muncul lagi.
Ketika teman ada yang kleptomania
Dikutip dari situs Hope Therapy and Wellness (25/6/2019), ada tiga hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu teman yang menderita kleptomania.
1. Jadilah penyayang
Berikan perhatian dan pengertian sebanyak mungkin. Beri tahu teman Anda bahwa mereka dicintai dan dihargai, tetapi mereka memang membutuhkan bantuan di tingkat klinis.
Namun, hal terpenting untuk membantu teman dengan kleptomania adalah tidak menghakiminya.
2. Menawarkan bantuan
Beri tahu teman Anda bahwa mencari bantuan ke psikolog dan psikiater adalah ide yang bagus.
Konsultasi ke ahli jiwa bermanfaat untuk mereka menemukan terapis bicara yang dapat membantu mereka mengatasi impuls tersebut.
3. Mendukung
Banyak dari kita, bahkan tanpa diagnosis gangguan kesehatan mental, merasa sendirian. Sebagian orang merasa tidak ada orang lain yang bisa memahami apa yang sedang mereka alami.
Ketika seseorang menghadiri kelompok pendukung, mereka sering tercerahkan dan lega menemukan sekelompok orang yang mengerti persis apa yang mereka alami dan rasakan.
Dalam kelompok pendukung, mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian, dan bahwa ada banyak orang di luar sana seperti mereka yang pernah berada di tempat mereka berada, atau sedang melalui apa yang mereka alami.
#https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/16/080500965/cara-menyikapi-teman-yang-klepto?page=all.
berita serupa
https://jateng.tribunnews.com/2022/08/16/apa-itu-klepto-trending-twitter-gegara-ibu-pengutil-cokelat-ini-penyebabnya-menurut-psikolog?page=all