Pandemi virus Covid-19 yang dialami sudah setahun ini membuat kondisi dilematis bagi orang tua. Mereka dilema, apakah putra-putrinya harus belajar tatap muka di sekolah atau tetap belajar secara daring di rumah?
Psikolog Unika Soegijapranata, Dr Augustina Sulastri menuturkan, saat ini orang tua berada dalam posisi yang dilematis. Mereka bingung untuk menetapkan apakah putra-putrinya bisa bersekolah secara tatap muka di sekolah ataukah tetap daring di rumah.
"Posisi dilematis ini dipengaruhi karena mereka khawatir putranya ke sekolah bisa tertular virus Covid-19. Atau jika tetap daring belajar di rumah, maka berdampak pada psikologis anak yang bisa menyebabkan rasa jenuh, bosan dan stres," tuturnya saat Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Pembelajaran Tatap Muka Versus Sekolah" yang diselenggarakan Suara Merdeka melalui Zoom Cloud Meeting, Kamis (10/12) lalu.
Augustina mengungkapkan, terkungkung di rumah selama setahun ini berdampak pada psikologis anak. Mereka akan mudah jenuh, bosan, stres karena tidak bisa bertemu dengan teman-teman sekolahnya. Sementara, jika mereka belajar tatap muka di sekolah maka rentan tertular virus Covid-19.
Data dari tim Satgas Covid-19 menyebutkan, kasus penderita Covid-19 sampai dengan 27 November 2020 di Jawa Tengah menyebutkan, total konfirmasi positif sebanyak 52.550, recovery rate 78,30%, case fatality rate 6,62%. Dari data tersebut, klaster Pondok Pesantren dan Rumah Tangga menempati posisi tertinggi penderita palinga banyak Covid-19. Total penderita di Ponpes Jawa Tengah sebanyak 1.007, rumah tangga sebanyak 984, sementara kluster sekolah sebanyak 21.
► Suara Merdeka, 13 Desember 2020, halaman 16
https://www.suaramerdeka.com/news/nasional/250134-dilema-tatap-muka-atau-daring