(TRIBUNJATENG), SEMARANG – Peneliti pada laboratorium transportasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Djoko Setijowarno menanggapi adanya wacana pembuatan terminal angkutan barang di Terboyo, Semarang. Ia pun mendukung rencana tersebut.
Menurutnya, ada kriteria untuk memilih lokasi terminal angkutan barang, seperti dukungan terhadap rencana pengembangan, kinerja lalu lintas, keterpaduan moda transportasi, jaringan lintas dan kelas jalan. Kemudian, keterhubungan dan pusat ekonomi, kebutuhan biaya pembangunan dan indikasi dampak lingkungan.
"Pembangunan terminal angkutan barang harus memenuhi persyaratan teknis, standar kualitas bangunan, keandalan, keamanan, kenyamanan dan estetika," kata Djoko kepada Tribun Jateng, Rabu (13/4/2016).
Ia mengatakan, ada sejumlah persoalan angkutan barang di Indonesia. Ia mengatakan, angkutan barang seperti bebas masuk menembus jantung kota. Dalam realitanya, banyak perjalanan truk yang kosong, laju truk dalam mixed traffic yang sangat lambat.
Disamping itu, lanjutnya, antrian angkutan barang di pelabuhan juga menjadi kendala. Kemudian, proses loading dan unloading angkutan barang di tengah perjalanan yang sering memblocking arus lalu lintas, overloading (muatan lebih), serta terbatasnya fasilitas terminal angkutan barang.
"Terminal angkutan barang harsus dibuat senyaman mungkin. Jangan jadi pangkalan truk yang dipakai untuk tempat mangkal prostitusi seperti istilah sekarang. Dulu pernah ada terminal angkutan barang di Mangkang yang sekarang jadi Terminal Penumpang Mangkang," jelasnya.
Djoko menegaskan, Kota Semarang memang harus ada terminal barang. Akan tetapi bukan asal ada saja. Konsep pembangunan terminal barang itupun harus jelas. Tidak sekadar untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), tapi fungsi pelayanan diabaikan.
"Buatlah terminal angkutan barang yang modern yang dilengkapi fasilitas IT, sehingga bisa menjual. Kemudian, sejumlah fasilitas harus ada, seperti pelataran jalur tiba dan berangkat, pelataran persiapan berangkat, pelataran decking, pelataran bongkar muat barang, pelataran parkir kendaraan dan pelataran bengkel sementara," ucapnya.
Ia menambahkan, fasilitas utama harus ada seperti bangunan kantor terminal, tempat bongkar muat barang dan tempat penampungan barang. Selain itu, juga harus ada tempat istirahat awak kendaraan, tempat parkir kendaraan, rambu dan papan informasi, serta fasilitas atau peralatan bongkar muat barang.
"Sedangkan fasilitas penunjang yang harus disiapkan adalah fasilitas parkir kendaraan, kamar kecil atau toilet, kamar mandi dan mushola. Untuk itu, buatlah studi banding ke luar negeri," tandasnya. (*)
Tautan : http://jateng.tribunnews.com