“Koesmartadi dalam paparan materinya menjelaskan tentang Tektonika Interior Arsitektur Nusantara dengan mengutip dari buku karangan Prawoto (1999).”
Sebagai seorang desain interior, maka harus bisa mengakselerasi karya arsitektural, dengan demikian desainer itu juga harus mengenal pula material, sistem konstruksi, prinsip struktur dan bahasa bentuknya.
Sebagai salah satu pakar di bidang arsitektur nusantara, dosen arsitektur Unika Soegijapranata, Ir Ch Koesmartadi MT IAI memaparkan Tektonik Nusantara yang bisa diserap sebagai interior, dalam sebuah webinar yang diadakan belum lama ini.
Koesmartadi dalam paparan materinya menjelaskan tentang Tektonika Interior Arsitektur Nusantara dengan mengutip dari buku karangan Prawoto (1999). “Tektonika merupakan aspek arsitektural terkait dengan cara mengolah dan memadukan bahan bangunan serta mengartikulasikan penyelesaian sambungan dalam gaya konstruksi,” kata Koesmartadi, Jumat (12/11/2021).
Sehingga jika diterapkan dengan gaya interior yang banyak mengadopsi dari literasi-literasi negara empat musim maka terjadi ketimpangan, karena dalam order interior hanya diketahui yang ada di dalam bangunan, tetapi kurang memahami bahwa di atas bangunan memiliki konstruksi rangka atap. Sedangkan rangka atap sangat dipengaruhi oleh kondisi alam Indonesia yang sering terjadi gempa.
Maka sebaiknya, kata dia, dalam desain interior yang berpikir tepi atap sebagai tepi bangunan bisa mengadaptasi ke arah yang Indonesia, yaitu antara konsol dan kuda-kuda seimbang. Artinya sistem sengkuap, tritis atau penaung terhadap dinding menyatu dengan sistem statika dalam tumpuan.
“Dengan demikian beban terkonsentrasi di kedua tumpuan, ayunan ke samping relatif kecil karena mendekat ke dua tiang,” jelasnya
Hal lain yang perlu dipahami, lanjutnya, yaitu tentang interior dua musim. Yang dimaksudkan adalah ruang luar sekitar bangunan menjadi bagian dari interior. Dan integrasi antara struktur dan konstruksi dengan arsitektur, itu merupakan bentuk tektonika yang bisa mengungkapkan suatu nilai, kaya akan makna, bukan penghias interior namun penuh dengan pesan dan makna yang ada di dalamnya.
Seperti halnya rumah joglo yang didalamnya tidak sekedar rong-rongan atau tumpangsari tetapi memiliki aset tektonika yaitu ada keseimbangan, ada integrasi, ada saling mendukung, tapi bertindak sekaligus sebagai aset interior yang bisa dikembangkan.
“Jadi diharapkan desain interior dapat bekerja untuk masa depan berdasarkan ilmu-ilmu yang ada di masa lalu,” pungkas dia.
►https://kuasakata.com/read/berita/41969-dosen-unika-ungkap-desain-interior-berdasar-tektonika-arsitektur-nusantara