Hujan yang terjadi sekitar 30 menit pada Minggu (24/9), membuat underpass Jatingaleh yang baru selesai dibangun tergenang. Pengendara, baik sepeda motor mau pun mobil, terpaksa mengurangi kecepatannya saat melewati genangan setinggi 10 sentimeter tersebut.
Genangan itu pun disayangkan oleh pengguna jalan, salah satunya Dhanny Irawan (23). Menurutnya, dalam pembangunannya harus memikirkan bila mana terjadi hujan. Dengan begitu, genangan di tengah underpass, yakni di atas jembatan tol, tidak sampai terjadi.
"Baru saja jadi kok sudah ada masalah. Lampu penerangan juga belum hidup, padahal sudah dipasang. Perlu segera dibenahi, agar masyarakat nyaman melewatinya," tambah satu mahasiswa universitas swasta di Kota Semarang ini, Minggu (24/9).
Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menyatakan hal yang sama. Menurutnya, selama ini pemerintah kerap melupakan pembangunan drainase yang benar. Ketika hujan, baru tahu ada kekurangannya.
"Ke depan, masalah ini jangan sampai terjadi lagi," tambahnya.
Dari hasil pantauan, genangan tersebut tidak berlangsung lama, surut dalam 15 menit. Banyak pasir yang menyumbat di saluran drainase yang berada di empat titik di bagian tengah. Lalu lintas pun kembali normal, dan tidak ada penumpukan kendaraan kembali.
Saat dikonfirmasi, PPK Semarang Kota, Proyek Underpass Jatingaleh, Beny Cristiawan menjelaskan, akan menyelidiki hal itu. Beberapa faktor penyebab genangan pun tengah diselidiki. Apakah memang saluran drainse tersumbat, atau saluran tersebut kurang besar.
"Genangan tidak berlangsung lama. Tapi penyelidikan tetap kami lakukan. Saat ini, tim kami sedang melakukan pengecekan di lapangan untuk mengetahui penyebabnya. Tapi memang sudah dibuat empat lubang dranise di bagian tengah underpass," tambah Beny.
Underpass Jatingaleh sendiri mulai dibuka, sejak akhir Agustus lalu. Tidak hanya underpass yang berada di sisi utara, namun juga sisi selatan. Proyek tersebut menghabiskan anggaran sebesar Rp 68 miliar yang dananya berasal dari Kementerian PUPR.