Fenomena perselingkuhan yang dilakukan oleh perempuan dewasa madya melalui jejaring internet di Indonesia tergolong tertinggi se-Asia Pasifik. Menariknya, mayoritas penggugat cerai berasal dari golongan perempuan.
Hal itu terungkap dalam tesis yang dipaparkan oleh mahasiswa program Magister Sains Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, Sari Astuti saat presentasi diseminasi penelitian dalam Presentasi Best Tesis di Ruang Kuliah 6 Gedung Thomas Aquinas, Bendan Dhuwur, Semarang, Sabtu (15/12/2018).
Sari yang mengambil judul “Internet Infidelity pada Perempuan Paruh Baya : Analisis Teori Psikososial Erik Erikson”, tertarik meneliti hal ini karena fenomena perceraian yang termasuk tinggi di Indonesia.
"Hal yang menarik dari penelitian saya, terungkap bahwa ternyata kasus perceraian di Indonesia tergolong kasus tertinggi se-Asia Pasifik dan uniknya mayoritas penggugat justru berasal dari pihak perempuan. Hal lain menunjukkan pula bahwa mayoritas perceraian didominasi penyebabnya oleh perselingkuhan. Melihat tren saat ini yakni dunia maya yang semakin marak maka perselingkuhan bisa saja terjadi lewat internet," ucap Sari.
Dari hasil penelitian ini, lanjut dia, ditemukan bahwa fase paruh baya menurut teori Erik Erikson berada pada tahap Generativity vs Stagnation, tak jarang perempuan paruh baya merasakan ketidakpuasan perkawinan yang kemudian mengarah pada pencarian pelarian melalui internet dengan pertimbangan akses yang mudah dan massive.
Salah satu hal yang menjadi penyebab fenomena ini muncul ternyata berawal dari pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, utamanya dari Ayah dalam mendominasi keputusan. Dominasi Ayah dalam perkembangannya membuat seorang perempuan tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi keinginannya dan cenderung menuruti apa keinginan sang Ayah termasuk Jodoh dan Perkawinan.
"Ketika berada pada Fase Perkawinan, perempuan paruh baya yang mendapatkan pola asuh tersebut memiliki sifat yang tidak dapat terbuka dengan pasangannya sehingga semua yang dirasakan oleh perempuan akan ditutupi dari suaminya yang menimbulkan ketidakharmonisan hingga berujung pada perselingkuhan," jelasnya.
Pada kesempatan diseminasi ini dipresentasikan empat Tesis terbaik dari masing-masing program studi. Presenter tesis terbaik lainnya juga memaparkan hasil penelitiannya dalam acara Presentasi Best Tesis, diantaranya Lucky (Program Magister Manajemen), Djoko Arianto Wibowo (Program Magister Lingkungan Perkotaan), serta Ratih Sukmo Widiastuti (Program Magister Hukum Kesehatan).
Dekan Fakultas Pascasarjana, Prof Dr-ING LMF Purwanto yang juga bertindak sebagai moderator dalam diskusi menuturkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa harusnya dapat dimanfaatkan bagi masyarakat luas. Utamanya dalam pilar Tridharma perguruan tinggi yang mencantumkan bahwa penelitian sebagai fondasi dasar.
"Best Tesis ini adalah kegiatan presentasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang akan lulus pada periode Desember ini dan penelitiannya dianggap sebagai yang terbaik dari masing-masing prodi sehingga perlu dipublikasikan hasil yang telah diteliti," jelasnya.
Melalui kegiatan ini, ia berharap masyarakat dapat memanfaatkan hasil penelitian serta dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan lebih luas lagi.
"Kami juga berharap dapat menjadi pemicu bagi peneliti lain untuk menghasilkan karya yang bermutu tinggi,” ungkapnya. \