Dosen Prodi Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Unika Soegijapranata Semarang Dr Ekawati Marhaenny Dukut tampil sebagai keynote lecture di depan peserta konferensi JAFAE (Japanase Association for Asian Englishes) yang diselenggarakan di Nagoya,Jepang, Sabtu (30/06/2018).
Selain membawakan keynote lecture yang diikuti para dosen dan pemerhati pengajaran bahasa Inggris dari Jepang, Malaysia, Jerman, Cina, Filipina, dan India, Dr Ekawati M Dukut selama seminggu juga melakukan uji coba aplikasi “educative serius game” di sekolah di Nagoya Jepang. Game ini ia ciptakan dengan timnya dari prodi Sastra Inggris dan prodi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer Unika.
Makalah yang ia sampaikan kepada forum JAFAE berjudul “Transnationalizing Local and Global Culture in the English Language Classroom”. Dalam presentasinya, Dr. Ekawati menjelaskan bahwa TOEFL sudah diglobalkan ke berbagai belahan dunia dan berisi materi-materi agar pengambil tes menjawab soal untuk memperlihatkan kemampuannya dalam English language skills (listening, structure, reading, vocabulary, writing & speaking) selain memperlihatkan seberapa baik pengetahuannya tentang suasana akademis yang dipengaruhi oleh budaya Amerika.
“Dalam hal TOEFL, materi TOEFL yang global ini bisa dilokalkan. Caranya dengan membuat TOEFL-like game yang mempersembahkan budaya lokal Jawa. Cara yang dipakai adalah membuat beberapa karakter kartun dalam film animasi untuk Listening exercise-nya digambarkan memakai pakaian dengan corak Jawa. Sebagai contoh digambarkan bahwa karakter perempuan dalam animasinya memakai kain batik. Sedangkan yang laki-laki memperlihatkan maskulinitasnya dengan memakai kostum wayang Gatutkaca” ujar Dr Ekawati M Dukut.
Selain kostum, ujar Ekawati M Dukut, karena karakter yang diceritakan dalam game adalah sayur, maka diceritakan juga bahwa sayur bayam di Jawa dapat dibuat kripik bayam ,dan sawi yang biasanya dipakai untuk melengkapi masakan bakso dan capjay. Dengan demikian, budaya makan sayur sawi yang lokal ini dapat dibuat global karena mengikuti criteria yang Dr. Ekawati sebut sebagai transnational cross bordering atau melewati dunia tanpa batas, yaitu dengan upaya mempopulerkan risoles bayam atau eskrim sawi.
Peserta JAFAE mengangguk-anggukkan kepalanya ketika mengikuti penjelasan Dr. Ekawati yang juga membahas kurikulum 2013 dalam pengajaran Bahasa Inggris. Sehingga inovasi yang diciptakannya dapat memperkaya kurikulum tersebut. Sebagian peserta forum JAFAE merasa tergugah untuk ikut melakukan inovasi dengan mengadopsi cerita rakyat Jepang sebagai salah satu materi untuk mengajar Bahasa Inggris.
Namun menurut mereka, inovasi game software seperti yang diciptakan Dr. Ekawati ada kendalanya jika mereka ikut mencoba membuat hal yang serupa. Hal ini dikarenakan di Jepang, pemakaian internet di Sekolah Menengah dan bahkan di Perguruan Tinggi dibatasi kesempatannya untuk mengunduh aplikasi dari luar. Apabila program bisa disesuaikan dengan program Moodle, maka hal itu dimungkinkan terjadi. Jika tidak ada fasilitas media tersebut di sekolah, maka media yang dapat dipakai adalah melalui buku cerita rakyat.