KEGIGIHAN mencari fakta ilmiah terkait fenomena kesurupan, mengantarkan Dosen Unika Soegijapranata, Siswanto, meraih gelar akademik tertinggi pada bidang keilmuan psikologi di Program Doktor Ilmu Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM). Kajian ilmiah yang dilakukan awalnya mengalami beberapa kendala, tapi akhimya membuahkan disertasi yang membuatnya lulus dari pendidikan strata tiga (S-3).
KERESAHAN yang ada dipikiran Dr Siswanto Msi terkait fenomena kesurupan ini berawal dari masyarakat Indonesia yang masih percaya pada hal-hal klenik atau magic. Dalam penanganan orang yang disebut kesurupan, sebagian masyarakat masih melanggengkan tindakan yang kurang sehat.
Untuk itu pada 2015, lulusan pendidikan magister sains psikologi UGM ini mulai menulis buku terkait kesurupan yang dicetak di penerbit Andi, Yogyakarta. Siswanto mengungkapkan selama setahun setelah diterbitkan, bukunya menjadi satu dari 100 buku terlaris di sebuah toko buku ternama.
Di saat yang sama, Siswanto juga memulai studi S-3 di Program Doktor Ilmu Psikologi UGM. Pria yang mengajar sebagai dosen di Unika Soegijapranata sejak 1995 ini mengungkapkan tema yang dia tulis untuk disertasi yakni "Konstruksi Keyakinan Agama Personal Pada Individu Yang Pernah Mengalami Gangguan Kesurupan" sempat menemui kendala dalam pengerjaan.
Mulai dari mencari sumber data, landasan teori, hingga mendapatkan penguji. Namun akhirnya, berkat usaha yang keras Siswanto bisa meyakinkan penguji bahwa tema yang dia angkat bisa ditulis menjadi disertasi. Sejak saat itu, Siswanto juga mendapatkan pembimbing sekaligus promotor. Prof Subandi MA PhD menjadi promotor dan Dr Ira Paramastri MSi sebagai copromotor Siswanto. Mereka juga menjadi dua orang dari penguji disertasi yang dia susun.
"Bagi banyak orang, tema disertasi saya berbau spiritual dan tidak umum di Indonesia. Namun saya meyakinkan para penguji bahwa penelitian ini bisa menjelaskan kesurupan secara psikologis dan ada penjelasan secara ilmiah," kata Siswanto.
Sisi Ilmiah
Pria yang juga menguasai beberapa terapi untuk mengatasi gangguan mental dan juga grafologis ini juga ingin membuka wawasan orang Indonesia dengan membaca hasil penelitiannya terkait fenomena kesurupan. Sehingga sebagian warga yang masih mempercayai kesurupan berbau klenik, bisa memiliki pandangan lain di sisi ilmiah. Termasuk dalam penanganan orang yang mengalami kesurupan, orang bisa bersandar pada ilmu pengetahuan.
"Saya sempat melakukan penelitian selama tiga bulan di Makassar untuk menyelesaikan disertasi saya ini. Saya pergi ke Universitas Negeri Makassar dan menggandeng beberapa mahasiswa yang pernah mengalami kesurupan. Dari sana sumber data beberapa saya peroleh," cerita Siswanto.
"Dikarenakan disertasi saya yang tidak umum, maka dalam penyusunan disertasi saya perlu banyak berdiskusi dan curah gagasan dengan tim promotor juga. Di sini ditekankan tema kesurupan yang saya teliti itu sifatnya bukan supranatural tetapi memang bisa dilihat dari sisi ilmiah," lanjutnya.
Diskusi juga dia lakukan saat menjadi narasumber di kuliah umum, seminar, dan pelatihan mengenai kesurupan dan penanganannya di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Selain itu juga di beberapa lembaga keagamaan.
Dalam proses penelitian yang dilakukan, Siswanto juga makin mengerti secara umum soal Indonesia Dia berharap ke depan sudah saatnya Indonesia mulai berpandangan jernih terkait supranatural dan juga agama.
"Dalam keberagaman yang ada di Indonesia, ada dua prinsip dasar yang harus dipahami dan disadari oleh masyarakat. Hal ini agar masyarakat bisa saling berinteraksi tanpa diwarnai dengan prasangka, yaitu saling menghormati dan mau mengerti orang lain," ungkapnya.
Setelah menyelesaikan disertasi, Siswanto menjalani sidang promosi doktor di Program Doktor Ilmu Psikologi UGM pada 13 Desember 2019 dan dinyatakan lulus dengan nilai A. Adapun dia menjalani wisuda dan resmi mendapatkan gelar doktor pada 22 April 2020.
►Suara Merdeka 2 Juni 2020 hal. 2