Dalam mendidik calon dokter, Fakultas Kedokteran (FK) Unika Soegijapranata Semarang memiliki tujuan agar para lulusan siap untuk mengabdi di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK). Hal ini untuk mengatasi persoalan kesenjangan persebaran dokter di Tanah Air, karena sebagian besar dokter enggan ditugaskan di luar Pulau Jawa.
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unika dr Indra Adi Susianto MSi Med SpOG mengungkapkan selama ini, kesenjangan pelayanan kesehatan oleh dokter masih terjadi di Tanah Air.
“Misalnya di Indonesia bagian timur. Bila dibandingkan dengan yang di Pulau Jawa, baik soal jumlah dokter maupun sarana dan prasarananya masih jauh tertinggal. Kami Fakultas Kedokteran Unika ingin mendidik agar dokter memiliki mental untuk mengabdi di semua wilayah Indonesia,” kata Indra di sela-sela seminar “Menembus Disparitas Persisten Kesehatan,” di Kampus Unika Semarang, akhir pekan lalu.
Oleh sebab itu, lanjut dia, FK Unika memiliki kurikulum khusus untuk memenuhi tenaga tenaga kesehatan di daerah yang belum terpenuhi. Melalui kurikukulum khusus ini semua mahasiswa FK ditempa agar bisa berkarya di daerah manapun.
“Nah untuk bisa menembus disparitas atau kesenjangan ini, FK Unika harus punya kurikulum khusus yang kemudian ditanamkan kepada mahasiswa. Kurikulum khusus itu namanya Field Lab atau kerja lapangan,” terangnya.
Programer Field Lab FK Unika Soegijapranata Perigrinus H Sebong MPH menambahkan melalui Field Lab mahasiswa diajak mengetahui sejauh mana masyarakat secara umum bisa mengakses kesehatan.
“Jangan sampai di era BPJS yang menggunakan malah orang yang dikisaran Jawa,” ujar Perigrinus.
Kaprodi FK Unika dr Fransisca Pramesshinta Hardimarta MSi Med mengatakan konsep dokter berkarya di daerah perbatasan, tertinggal dan kepulauan menjadi salah satu pijakan berdirinya FK Unika.
“Mahasiswa kami didik tidak hanya bisa mengobati tetapi juga harus bisa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,” ungkapnya.
Ketua Dies Natalis ke-3 FK Unika Soegijapranata dr Jonsinar Silalahi MSi Med SpB SpBA selama menjelang puncak acara dies natalis pihaknya menggelar berbagai seminar dan acara sosial yang bertujuan agar mahasiswa calon dokter siap berkarya di daerah perbatasan, tertinggal dan kepulauan.
Konsultan dan Pakar SDM Kesehatan FKKMK UGM Dr dr Andreasta Meliala MKes MAS yang menjadi pembicara dalam seminar tersebut mengemukakan di Indonesia sebaran dokter belum merata. Hal ini menjadi sebuah ironi lantaran per tahun Indonesia mencetak banyak dokter.
“Indonesia itu kan katanya menerapkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan pesertanya sudah 222 juta tetapi di daerah daerah terpencil seperti Indonesia bagian timur masih kekurangan banyak tenaga kesehatan,” kata Andreasta.
Ia mencontohkan RSUD di Indonesia timur belum lengkap dengan dokter spesialis. Menurutnya ini sungguh ironi. Sebab per tahun Indonesia mencetak 12.000 dokter.
Dengan adanya hal ini, kata dia, menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi disparitas atau kesenjangan layanan kesehatan. “Padahal se-Indonesia premi JKN sama, mestinya semua masyarakat mendapat layanan kesehatan yang sama tetapi ternyata engga gitu,” jelasnya.
Menurutnya ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan layanan kesehata seperti insfrasktur di daerah, keamanan, insentif, psiko dokter dan lain lain. Ia berpendapat pemerintah perlu membuat regulasi agar para dokter tertarik berkarya di semua wilayah.
# https://www.ayosemarang.com/pendidikan/pr-772723946/fk-unika-soegijapranata-dorong-lulusan-memiliki-jiwa-pengabdian?page=all