UNGARAN – Setelah berkeliling ke berbagai kota di Indonesia, road show puisi menolak korupsi sampai di Ungaran, Kabupaten Semarang.
Kegiatan ke 35 ini digelar selama dua hari di Hotel Ungaran Cantik, Jalan Diponegoro Ungaran, Sabtu-Minggu (12- 13/12). Acara ini merupakan langkah lanjut dari buku ’’Puisi Menolak Korupsi (PMK) 5’’ yang dikoordinatori penyair Sosiawan Leak.
Sedikitnya 40 penyair dari berbagai daerah di Indonesia hadir membacakan puisi maupun berdiskusi. Hari pertama, Sabtu (12/12) malam, digelar mimbar bebas untuk para penyair menyuarakan penolakan terhadap korupsi.
Dilanjutkan pada Minggu (13/12) pagi dengan acara bincang- bincang ’’Perempuan Menentang Korupsi’’ menghadirkan narasumber Sosiawan Leak dan dosen Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Oely Sidabalok serta dimoderatori Donny Danardono.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Komunitas Kumandang Sastra, Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata, dan Laskar PMK. ’’Penyair yang datang ada dari berbagai daerah. Madura, Tegal, Mojokerto, Magelang, Salatiga, Jakarta, Bekasi, bahkan Malaysia. Dan banyak lagi,’’kata Sulis Bambang, perwakilan komunitas Kumandang Sastra.
Sedekah Budaya
Terkait dengan penolakan terhadap korupsi, Sulis tertarik untuk melanjutkan misi tersebut. Pihaknya akan memasukkan pelajaran menolak korupsi dengan program ’’Sedekah Budaya’’. Program itu selama ini berjalan di berbagai instansi pendidikan. ’’Konsepnya mini workshop. Ada menulis cerpen (cerita pendek) juga novel. Kami ajarkan tidak boleh mencontek, memberikan pengalaman mencuri itu tidak baik.
Dalam waktu dekat di sekolah dasar (SD) daerah Plamongan Hijau, Pedurungan,’’tuturnya. Sementara Koordinator Gerakan PMK Sosiawan Leak mengatakan, gerakan yang dilakukannya bersama penyair dari berbagai pelosok daerah ini lahir dari mencermati fenomena korupsi yang makin merebak di masyarakat.
Respons konkret ini, menurutnya, harus dilakukan di tengah kian sistemik dan canggihnya laku korupsi. ’’Gerakan yang mendesak digulirkan sebagai sarana untuk mempresentasikan seruan moral kepada masyarakat.
Agar secara filosofis dan edukatif turut mewaspadai munculnya mental korupsi sejak dini, serta mencegah perilaku korup yang lebih akut,’’kata Sosiawan. Dia menerangkan, gerakan PMK mengambil posisi sebagai gerakan kultural, melengkapi gerakan lain yang dilakukan sejumlah unsur dari berbagai lapisan masyarakat.
Berikut karakter dan alat perjuangnya seperti hukum, politik, agama, jurnalistik, dan intelektual. Bersifat nirlaba, independen, dan mandiri, baik secara ideologi maupun ekonomi. Dibuktikan dengan proses penerbitan antologi puisi yang senantiasa merujuk pada tema antikorupsi.
Selain itu, kemandirian ekonomi diwujudkan dalam melakukan iuran secara gotong-royong guna mendanai proses penerbitan antologi tersebut, murni atas biaya dari para penyair. ’’Kemandirian itu menjadi dasar Road Show Puisi Menolak Korupsi yang dilakukan secara mandiri dan otonomi di berbagai kota di Indonesia, dikoordinir oleh para penyair PMK yang mukim di kota tersebut.
Ini juga menjadi sarana bagi penyair untuk menyatakan sikap tegas, menolak nilai-nilai kehidupan yang korup,’’jelasnya. Ide gerakan ini dilontarkan oleh penyair Semarang Heru Mugiarso. Hingga kini telah menerbitkan antologi puisi, merangkum karya para penyair yang berasal dari berbagai daerah, usia, dan kecenderungan puitika. (akv,H86-71)
sumber : berita.suaramerdeka.com/smcetak