SEMARANG, suaramerdeka .com – Hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang dari Kyoto University Jepang Prof Dr Eng Hiromichi Shirato, air laut sangat memengaruhi beton dan konstruksi. Menurutnya beton dan konstruksi di daerah yang berada di dekat laut seperti di Indonesia mudah terkena paparan garam laut, sehingga dapat memperpendek umur.
“Kami melakukan penelitian seberapa besar air garam dapat tersimpan dalam beton dan kontruksi besi seperi jembatan serta bagaimana pengaruhnya. Kami menggunakan teknik CFD untuk melakukan pengukuran,” kata Hiromichi yang didaulat sebagai pembicara kunci Seminar Internasional yang diadakan Unika Soegijapranata Semarang, Kamis (29/10).
Dari hasil pengukuran yang dia lakukan, beton dan konstruksi besi yang terkena garam air laut bisa bertahan sampai 25 tahun. Tetapi, sambung pria berkacamata itu, masing-masing tergantung dari kondisi suatu tempat dan besarnya konstruksi yang dibangun.
“Semakin kecil konstruksi besi, misalnya jembatan akan semakin cepat terkorosi. Penelitian yang kami lakukan, bisa digunakan menyusun langkah yang tepat untuk merawat beton maupun konstruksi besi,” tuturnya.
Struktur beton yang terletak di pinggir laut dan terkena paparan garam yang ada di dalam air laut bisa rusak setelah beberapa lama terpapar. Garam secara berangsur-angsur bisa masuk ke dalam struktur dan membuat besi di dalamnya mengalami korosi sehingga menyebabkan beton tidak kuat menahan beban.
Teknik pengukuran yang digunakan bisa berguna untuk dilakukan di Indonesia mengingat kondisi alamnya mirip dengan di Jepang. Selain dikelilingi laut, Indonesia juga terdiri dari beberapa pulau.
Unika Soegijapranata Semarang menggelar International Conference On Concrete and Infrastruktur (ICCI) dengan tema “Concrete Innovation and Aplication in Infrastucture for Sustainable Development” di ruang Teater Thomas Aquinas. Selain Hiromichi, diundang pembicara lain dalam seminar tersebut yakni Dr Abraham Cristian dari National University of Singapore, Dr Eng Rendy Thamrin dari Universitas Andalas Padang dan Dr Rr M I Retno Susilorini ST MT dari Unika Soegijapranata, Semarang.
Sementara pembicara undangan Dr Rr M I Retno Susilorini ST MT dari Unika Soegijapranata Semarang memaparkan, beton yang telah dicampur dengan madu dan alga merah dapat menambah kekuatannya. Menurutnya, campuran itu bisa menambah kekuatan beton secara signifikan.
“Saya belum bisa menyampaikan berapa persen penambahan kekuatannya. Saat ini penelitiannya masih berlangsung,” tambah wanita yang juga pernah melakukan penelitian campuran membuat beton dengan gula.
Untuk campuran beton dengan gula, menurutnya, bisa menambah kekuatan beton hingga 60 persen. Penelitiannya ini pernah diragukan beberapa pihak lantaran dia menyampur zat non organik dengan organik tetapi dapat dibuktikannya bahwa pencampuran itu memungkinkan dilakukan dan berakibat positif.
“Asal takaran dan jumlahnya pas, tidak ada masalah. Justru menambah kekuatan beton,” ujar wanita berkacamata itu.
(Puthut Ami Luhur/CN41/SMNetwork)
sumber : berita.suaramerdeka.com